indeks
50 Tahun Papua ke NKRI, Warga Masih Belum Sejahtera

KBR68H, Sorong

Penulis: Radio Swara Nusa Bangsa

Editor:

Google News
50 Tahun Papua ke NKRI, Warga Masih Belum Sejahtera
papua, NKRI, belum sejahtera

KBR68H, Sorong – Memperingati 50 tahun emas kembalinya Papua ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang diperingati hari ini, sejumlah masyarakat Papua masih merasa belum memberikan dampak yang signifikan terutama dari segi kejehteraan.

Salah satu tokoh pemuda Papua, Ferry Isir mengaku, walaupun pemerintah Indonesia memberikan Otonomi Khusus. Namun hal itu belum bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua atau dengan kata lain otsus belum menyentuh hingga masyarakat paling bawah. Oleh sebab itu, kata dia, pemekaran wilayah adalah jalan terbaik untuk peningkatan kesejahteraan.

 “Selama ini Papua masuk ke NKRI mulai sejak 1963 sampai pada hari ini 2013. Artinya Indonesia membangun hubungan yang baik dengan Papua, tetapi Papua belum merasa nyaman begitu. Nah sekarang otonimi khusus , tetapi pemerintah pusat banyak menyimpang,”ungkap Ferry Isir

Hal yang sama juga diungkapkan seorang mama Papua, Yunike. Menurutnya, selama 50 tahun hak perempuan Papua belum sepenuhnya diberikan. “Mewakili kaum perempuan dengan adanya 50 tahun ini mungkin pemerintah lebih meningkatkan pembangunan khusus bagi wanita,” kata Yunike yang sehari hari berjualan pinang di pinggiran jalan kota Sorong.

Dikatakan, seharusnya perempuan Papua bisa diberdayakan dan diberikan peluang yang sama dengan kaum laki laki dalam berbagai bidang. Misalnya, kata dia, pemerintah harus memberikan bantuan modal bagi mama Papua yang berwirausaha dalam skala kecil.

“Ya kalau bisa pemerintah membantu kami sebagai mama mama Papua yang berjualan untuk membantu memberikan kredit usaha,”harapnya. (Andi Iriani)

Sumber: Rado Swara Nusa Bangsa

papua
NKRI
belum sejahtera

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...