RAGAM

Limbah dan Luka Sosial: Ketimpangan Kasta dalam Sistem Sanitasi di Delhi

Meningkatnya pekerjaan kontrak di bidang sanitasi memanfaatkan dan mereproduksi ketidaksetaraan kasta dan kelas historis di perkotaan India.

DIPERSEMBAHKAN OLEH KBR Media / Paul M Nuh

EDITOR / Paul M Nuh

Google News
Limbah dan Luka Sosial: Ketimpangan Kasta dalam Sistem Sanitasi di Delhi
The Swachh Bharat Mission movement. Foto:Susmita Saha/Unsplash.

Sepuluh tahun berlalu sejak peluncuran Swachh Bharat Mission (SBM), proyek sanitasi terbesar di India. Namun di balik capaian besar pembangunan toilet dan promosi kebersihan, ada sisi kelam yang terus diabaikan—eksploitasi pekerja sanitasi dari komunitas kasta terpinggirkan.

SBM telah membangun lebih dari seratus juta toilet dan mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk mengakhiri praktik buang air besar sembarangan. Namun, proyek ini gagal menyentuh aspek fundamental lain: kondisi kerja tenaga pembuangan limbah.

Dengan meningkatnya urbanisasi, sistem sanitasi kota semakin tertekan. Untuk mengatasinya, SBM Urban 2.0 mengembangkan pengelolaan limbah yang lebih canggih. Ironisnya, upaya modernisasi ini justru memperluas praktik kontraktualisasi tenaga kerja—alih daya ke perusahaan swasta yang kerap mengabaikan keselamatan dan martabat pekerja, terutama mereka dari komunitas Dalit dan kasta terpinggirkan lainnya.

Dalam satu dekade terakhir, ratusan pekerja sanitasi tewas saat membersihkan saluran pembuangan dan tangki septik—453 jiwa tercatat, 72 di antaranya di Delhi saja. Banyak dari mereka bekerja tanpa pelatihan, tanpa alat pelindung, dan tanpa pengawasan. Mereka bukan pegawai tetap, melainkan buruh kontrak harian yang mudah digantikan.

Kasus-kasus kematian seperti di Noida dan mal di Delhi Barat menunjukkan betapa minimnya perlindungan. Undang-Undang Larangan Pekerjaan sebagai Pemulung Manual (2013) melarang pembersihan berbahaya tanpa perlengkapan dan keselamatan yang memadai. Tapi pelanggaran hukum ini terus berulang, dibungkus dalam narasi 'kecelakaan'.

Pekerja informal yang meninggal seringkali berasal dari komunitas kasta rendah, bekerja sebagai buruh migran, penjaga, atau staf rumah tangga. Karena tekanan ekonomi, mereka bersedia menerima pekerjaan berisiko demi bertahan hidup. Ketika nyawa melayang, keluarga mereka harus menghadapi beban ganda: kehilangan tulang punggung keluarga dan menerima kompensasi minim yang ditawarkan diam-diam oleh kontraktor.

Kontraktualisasi di Badan Pemerintah

Badan sipil seperti Dewan Jal Delhi juga menerapkan sistem kontraktual. Meskipun pekerja resminya mendapat pelatihan dan jaminan sosial, kontraktor yang disewa cenderung memangkas hak-hak dasar pekerja. Ketika kontrak habis, tidak ada jaminan pekerjaan, dan tanggung jawab pun dilempar antara lembaga dan pihak ketiga.

Protes para pekerja terhadap sistem ini menunjukkan krisis yang lebih besar: bagaimana infrastruktur sanitasi kota bertumpu pada model kerja yang eksploitatif. Bahkan ketika teknologi pembersih diperkenalkan, akar masalah tetap belum tersentuh—ketimpangan berbasis kasta yang mengakar.

Pekerjaan sanitasi di India telah lama dikaitkan dengan komunitas kasta rendah, terutama Valmiki dan sub-kasta Dalit lainnya. Praktik ini mereproduksi ketidaksetaraan sosial melalui pekerjaan ‘kotor’ yang diwariskan lintas generasi. SBM, yang seharusnya membawa perubahan, gagal mengatasi warisan sosial ini.

Fokus SBM pada "perubahan perilaku" mengabaikan struktur kasta yang menopang sistem sanitasi. Meskipun pekerjaan tetap di lembaga sipil memberi keamanan dan martabat lebih, skema kontraktual merusak progres tersebut.

Gerakan SBM tidak akan tuntas tanpa memperhatikan kondisi kerja para pekerja sanitasi. Pemerintah dan masyarakat sipil harus meninjau ulang sistem kontrak yang diskriminatif dan mengevaluasi kebijakan dari perspektif keadilan sosial.

Perubahan sejati hanya akan terjadi ketika keselamatan, keamanan, dan martabat pekerja sanitasi menjadi prioritas—bukan hanya toilet dan infrastruktur, tetapi juga manusia yang menopang semua itu.


Sumber: https://360info.org/inequalities-of-caste-and-contract-in-sewage-work-in-delhi-ncr/

Penulis: Aarushie Sharma Editor: Piya Srinivasan & Namita Kohli


Baca juga: Melindungi Anak - Anak yang Beresiko Terancam Kesehatannya dari Limbah Elektronik

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!