RAGAM

ADV

Cegah Stunting di Indonesia, Save the Children Ajak Tingkatkan Kesadaran dan Praktik Gizi Seimbang

Save the Children Bersama Nutrition International telah melakukan inisiatif selama 5 tahun untuk mendukung pemerintah dalam mencegah stunting.

DIPERSEMBAHKAN OLEH Save the Children / Paul M Nuh

EDITOR / Paul M Nuh

Cegah Stunting di Indonesia, Save the Children Ajak Tingkatkan Kesadaran dan Praktik Gizi Seimbang
Konferensi Pers Save the Children

KBR, Jakarta - Stunting, selain berpengaruh pada tinggi dan berat badan anak, juga pada perkembangan kognitif anak, sehingga dapat berpendidikan lebih baik dan terhindar dari penyakit kronis. Karenanya gizi sangat berpengaruh pada anak sebelum dan setelah dilahirkan.

Pada tahun 2023, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,5% (SKI 2023). Sekitar 23,4% dari populasi di atas 18 tahun mengalami kelebihan berat badan (Survei Kesehatan Nasional/SKI 2023). Prevalensi anemia di antara populasi berusia 15-24 tahun mencapai 15,5%, sedangkan di antara ibu hamil sebesar 27,7% (SKI 2023).

Untuk mendukung upaya pemerintah, selama 5 tahun Save the Children Bersama Nutrition International telah melakukan inisiatif, khususnya di Kabupaten Sumedang dan Bandung Barat, Jawa Barat serta di Nusa Tenggara Timur melalui program Better Investment for Stunting Alleviation (BISA). Inisiatif ini didukung penuh oleh Power of Nutrition (PON), DFAT (Pemerintah Australia), dan Global Affairs Canada (Pemerintah Kanada) mencakup berbagai intervensi untuk meningkatkan kesadaran dan praktik gizi seimbang di kalangan masyarakat.

red
Diseminasi Pembelajaran Program Better Investment for Stunting Alleviation (BISA) di Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur.

“Upaya kami selama lima tahun terakhir telah menunjukkan hal yang positif. Langkah ini juga menjadi komitmen kami untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dalam upaya penurunan stunting di Indonesia. Kami percaya bahwa dengan dukungan berbagai pihak, kita dapat mencapai masa depan yang lebih sehat dan lebih baik bagi anak-anak Indonesia,” jelas Aduma Situmorang, Plt. Direktur Kesehatan dan Gizi - Save the Children Indonesia.

Beberapa intervensi yang dilakukan BISA

- di tingkat rumah tangga, BISA telah mensosialisasikan perubahan perilaku dan social untuk meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku, terutama terkait ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, makanan kaya zat besi dengan pendekatan EmoDemo (Emotional-Demonstration) di Posyandu. Selain itu juga mendorong perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di rumah tangga dan sekolah dan Konsumsi Tablet Tambah Darah Remaja Putri (TTD Rematri) melalu modul School of 5 (S05) dan Gizi Remaja.

- di tingkat system layanan Kesehatan, BISA berkontribusi terhadap peningkatan status kesehatan dan gizi ibu hamil melalui pelatihan dan dampingan teknis bagi petugas kesehatan di 119 puskesmas yang memiliki lebih dari 6,000 jaringan pelayanan di empat kabupaten dampingan. Hasil survei akhir BISA menunjukkan bahwa para ibu lebih mudah memahami pesan kunci terkait gizi yang disampaikan oleh petugas yang telah mengikuti pelatihan BISA. Selain itu, pelatihan dan dampingan teknis juga diberikan untuk tenaga kesehatan di dinas kesehatan kabupaten, staf puskesmas, dan guru UKS terkait suplementasi TTD untuk remaja putri. Dampaknya, survei akhir BISA menunjukkan peningkatan konsumsi 24 tablet tambah darah dalam 12 bulan dari tahun 2020 hingga 2023 sebesar 12,5% di Bandung Barat, 18,6% di Sumedang, 58,6% di Kupang dan 35,8% di TTU. Dari hasil survey akhir ditemukan bahwa rumah tangga dengan anak baduta yang menyediakan tempat bermain yang bersih meningkat 17,5%.

“Di Nutrition International, kami percaya pada pendekatan yang efisien dan efektif untuk memperoleh dampak yang maksimal dengan biaya dan kompleksitas yang minimal, dan memastikan bahwa setiap hasil kerja kami tidak merugikan para penerima manfaat. BISA menjadi salah satu model yang berhasil yang menitikberatkan pada pendekatan lintas sektor untuk mempercepat pengentasan stunting. Kami berharap seluruh praktik baik yang telah dihasilkan dari kerja sama BISA dengan seluruh pemangku kepentingan dalam lima tahun terakhir dapat terus dilanjutkan atau bahkan direplikasi oleh pemerintah daerah lain untuk mencegah terjadinya stunting baru di Indonesia,” ujar Herrio Hattu, Direktur Nutrition International, Indonesia.

- di tingkat pemerintahan, BISA mendukung implementasi kebijakan nasional sampai ke tingkat Kabupaten bahkan ke tingkat desa dengan mengembangkan kapasitas pemimpin lokal untuk merencanakan, menganggarkan, dan memperkuat koordinasi dengan pemangku kepentingan. Sebagai hasil dari advokasi, 13 Desa di Kabupaten Bandung Barat dan Sumedang telah memasukkan Pelatihan EmoDemo untuk mendukung peningkatan kapasitas kader Posyandu dengan penganggaran dari dana desa sepanjang tahun 2022-2024 di mana 6 diantaranya merupakan desa non-dampingan. Dinas Pendidikan di TTU dan Kupang, berkomitmen tetap melanjutkan Sesi Gizi Remaja dan CTPS dengan landasan dari Surat Edaran yang telah diterbitkan. Melalui advokasi BISA, semua kabupaten dampingan BISA juga telah menerbitkan Surat Edaran Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Pendidikan, dan Kementerian Agama yang menginstruksikan penerapan ketat suplementasi TTD mingguan untuk mencegah anemia di kalangan remaja putri.

Melalui program BISA, Save the Children dan Nutrition International tidak hanya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi dan praktik kesehatan yang baik, tetapi juga memperkuat infrastruktur kesehatan dan dukungan pemerintah setempat. Dengan berbagai intervensi yang holistik dan berkelanjutan, harapannya dapat menciptakan perubahan yang lebih luas dalam masyarakat dan mencipatakan masa depan yang lebih sehat dan lebih baik bagi anak-anak Indonesia.

Baca juga: Save the Children: Lindungi Anak dari Dampak Ganda Krisis Iklim | Berita Terkini, Independen, Terpercaya | KBR ID

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!