NASIONAL

Save the Children: Lindungi Anak dari Dampak Ganda Krisis Iklim

"Indonesia berada di peringkat ke-9 tertinggi secara global terkait anak yang mengalami ancaman ganda."

M Rifandi Fahrezi

perubahan iklim
Anggota PMI Jakarta Timur mengikuti kampanye perubahan iklim di Jakarta, Minggu (19/11/2023). (Foto: Antara/Indrianto)

KBR, Jakarta- Save the Children mendorong semua pihak menjadikan momentum hari anak untuk memperkuat mitigasi krisis iklim guna melindungi anak. Hari Anak sedunia diperingati setiap 20 November 2023

Save the Children memperkirakan ada 774 juta atau sepertiga anak di dunia hidup dengan dampak ganda krisis iklim seperti kemiskinan ekstrem dan darurat iklim.

Manajer Media dan Brand Save the Children, Dewi Sri Sumanah mencatat Indonesia berada di peringkat ke-9 tertinggi secara global terkait anak yang mengalami ancaman ganda.

Data tersebut dilakukan melalui survei dan dialog bersama 54 ribu anak-anak dari 41 negara. Di Indonesia, ada 20 ribu anak-anak yang berpartisipasi.

“59,8 persen ini anak merasakan perubahan iklim mempengaruhi lingkungan di sekitar mereka, dan lebih dari 30 persennya ini merasakan ketimpangan ekonomi yang memengaruhi hak-hak dasar anak. Jadi, kalau bicara apa dampak krisis iklim pada anak, kami selalu menyuarakan bahwa krisis iklim adalah krisis hak-hak anak,” kata Dewi kepada KBR, Selasa (21/11/2023).

red

Baca juga:

Dewi menekankan, krisis iklim akan berdampak pada krisis terhadap hak-hak anak. Sebab, anak yang terdampak akan terancam mengalami kemiskinan jangka panjang yang dapat merampas hak pendidikan, kesehatan hingga hak perlindungannya.

"Contohnya di Indonesia, di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah gitu. Kami bertemu seorang bapak nih dengan tujuh anak tinggal di pesisir pantai dan memiliki mata pencaharian sebagai seorang nelayan. Bapak ini dan tujuh anaknya ini benar-benar merasa krisis iklim secara nyata. Di mana selama lima tahun terakhir dia harus berpindah-pindah rumahnya karena banjir rob yang semakin tinggi dan semakin sering gitu," imbuhnya

"Lalu karena sebagai seorang nelayan juga, ini hasil tangkapannya ikannya ini tiap hari semakin berkurang, bahkan lebih sering tidak dapat hasil gitu ya, dibanding dapatnya gitu, dan ini berdampak pada perekonomian keluarga, kesehatan anak-anak juga, pendidikan terutama ketujuh anaknya tadi," sambungnya.

Dewi mendorong pemerintah meningkatkan komitmen dalam pendanaan iklim untuk mitigasi krisis iklim. Ia meminta pemerintah secara khusus mengutamakan penanganan keluarga yang terdampak langsung krisis iklim ini.

“Jadi penting ada upaya-upaya, mulai dari sekarang gitu ya bukan nanti-nanti lagi karena saat ini kita sudah merasakan. Penting ada upaya-upaya adaptasi dan mitigasi gitu untuk memperbaiki keadaan dan memberikan masa depan kepada anak-anak Indonesia. Kalau langkah-langkah apa yang harus dilakukan, tentu harus merujuk pada Paris Agreement (Persetujuan Paris, red) secara global. Pemerintah penting untuk meningkatkan komitmen pendanaan iklim ya untuk mitigasi dan adaptasi, dan lebih spesifik perlu sangat berpihak pada anak” tuturnya.

Editor: Muthia Kusuma

  • Hari Anak Sedunia
  • Save the Children
  • Krisis Iklim
  • Persetujuan Paris
  • hak anak

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!