Rangkaian Peristiwa 1998 mungkin terasa jauh dan asing bagi beberapa orang, terutama bagi mereka yang lahir pasca Reformasi Indonesia. Buku sejarah formal yang menjadi sumber acuan belajar di bangku-bangku sekolah, rasanya masih kurang untuk memenuhi rasa haus generasi yang penasaran dengan Peristiwa 1998. Semuanya terasa masih abu-abu, entah siapa yang terlibat dan apa agenda di balik kemelut tahun itu. Perjalanan menyelami apa di balik Peristiwa 1998 ternyata mampu mengantarkan seseorang ke pengalaman yang lebih kompleks dan intens yang kemudian mulai mempertanyakan apakah harga yang dibayar untuk "kebebasan" Indonesia sepadan dengan penderitaan mereka yang terluka dan terdampak?

Ia tumbuh dengan kata "hati-hati."  Seolah-olah, rasa aman bukan menjadi haknya karena Ia terlahir sebagai perempuan keturunan Tionghoa-Indonesia. Tak banyak ia tahu bahwa ketika Mei 1998 saat ia masih berumur tiga tahun, keluarganya sedang menghadapi kejadian yang traumatis. Kini, sudah puluhan tahun ia hidup dengan "hati-hati," namun rasa aman tak kunjung menghampiri.

Kenangan menjadi mahasiswa ketika Mei 1998 tentu tidak akan terlupakan. Perasaan bangga dirasakan oleh mahasiswa-mahasiswa pada saat itu karena bisa menjadi barisan terdepan pada momen-momen penggulingan masa reformasi. Namun, di balik euforia tersebut bisa jadi mereka menyimpan perasaan-perasaan lain seperti sedih, takut, dan khawatir. Apalagi, jika kamu merupakan mahasiswa keturunan Tionghoa-Indonesia, yang pada saat itu banyak menjadi target kekerasan oleh massa yang tak dikenal. Bagaimana perasaannya pada saat itu? Apa saja hal-hal yang ia saksikan di puncak kerusuhan? Dan apakah kenangan pilu itu masih dibawanya hingga sekarang?

Ingatan tentang Mei 1998 di Indonesia tidak akan pernah lepas dari peristiwa Gerakan Mahasiswa 1998 yang monumental. Di tengah situasi Jakarta pada Mei 1998 yang mencekam dan penuh ketidakpastian, bagaimana rasanya menjadi mahasiswa yang turun langsung ke jalan dan menyaksikan korban yang berjatuhan? Serta bagaimana perasaan saat mendengar suara sang Ibu yang menangis khawatir menceritakan penjarahan di kampung halaman melalui sambungan telepon? Episode 2 menghadirkan kisah berjudul "Massa Aksi", sebuah kisah dari sudut pandang mahasiswa yang terlibat dalam Gerakan Mahasiswa 1998.

Pada episode pertama Kisahmu, kami menghadirkan audio drama yang berjudul "Bentuk Wajik," berkisah tentang pengalaman pribadi Pengirim Cerita -seorang keturunan etnis Tionghoa-Indonesia yang merasakan generational trauma. Bagaimana rasanya melimitasi diri dari berbagai kesempatan di balik celah berbentuk wajik itu karena rasa takut?