RAGAM

DMC Dompet Dhuafa Gencarkan Edukasi Siaga Bencana Gempa dan Tsunami di Malingping, Lebak, Banten

Tim DMC Dompet Dhuafa memberikan materi dengan metode yang interaktif dan edukasi melalui film pendek.

AUTHOR / Dompet Dhuafa, Debora Tanya

DMC Dompet Dhuafa Gencarkan Edukasi Siaga Bencana Gempa dan Tsunami di Malingping, Lebak, Banten
Edukasi Bencana Gempa dan Tsunami di Sekolah

Lebak, Banten — Sepanjang 10 tahun terakhir (2014 – 2023), menurut Our World Data, jumlah kematian akibat gempa bumi di seluruh dunia mencapai 77.185 jiwa, setara satu kecamatan di Indonesia.

Dengan rincian sebagai berikut: 774 (2014), 9.550 jiwa (2015), 1.311 jiwa (2016), 1.012 jiwa (2017), 5.061 jiwa (2018), 261 (2019), 196 (2020), 2.742 jiwa (2021), 1.626 jiwa (2022), dan 54.652 jiwa (2023).

red

Melihat kenyataan di atas, Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa menggencarkan edukasi siap siaga bencana gempa bumi dan juga tsunami di Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Banten.

Tepatnya kepada 70 siswa-siswa di SD Negeri 1 Sukamanah, Kampung Burunuk, Desa Sukamanah, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak pada Jumat (26/01/2024). Kemudian dilanjut memberi edukasi kepada 50 siswa-siswa di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar, Desa Sukamanah, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak pada Sabtu (27/01/2024).

Tim DMC Dompet Dhuafa memberikan materi dengan metode yang interaktif. Mulai dari pembuatan denah sederhana lokasi sekolah, mencocokan/pengenalan jenis bencana melalui gambar, dan edukasi melalui film pendek.

“Anak-anak dibagi ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama menonton film edukasi, kelompok kedua edukasi dengan lagu dan mencocokan gambar, kelompok ketiga menggambar peta denah sederhana lingkungan sekolah,” jelas Abdul ‘Labing’ Azis selaku Staf Kesiapsiagaan & Adaptasi Mitigasi Perubahan Iklim seusai memberikan edukasi.

Metode lainnya adalah mengenalkan lagu dengan lirik-lirik muatan siap siaga bencana gempa bumi. “Kalau ada gempa, lindungi kepala. Kalau ada gempa, sembunyi di kolong meja. Kalau ada gempa, jauhi kaca jendela. Kalau ada gempa, keluar semuanya,” terang Adi ‘Mallo’ Sumarna selaku instructor dan staf Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kebencanaan DMC Dompet Dhuafa dalam paparannya kepada anak-anak.

Elma Restiani salah satu siswi SD Negeri 1 Sukamanah menuturkan bahwa ia belajar banyak tentang evakuasi gempa bumi. Mengingat dia pernah mengalami langsung getaran gempa bumi yang ada di tempat tinggalnya, meski tidak mengingat kapan tepatnya gempa bumi tersebut terjadi.

“Hari ini kita belajar evakuasi gempa bumi. Elma sempat kaget (saat simulasi), kirain Elma itu beneran, ternyata hanya praktik,” jelas Elma Restiani Kelas 6A, SD Negeri 1 Sukamanah seusai ikut dalam edukasi siap siaga bencana gempa bumi.

red
Latihan Siaga Bencana Gempa dan Tsunami di SD Negeri 1 Sukamanah, Kampung Burunuk, Desa Sukamanah, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak.

“Elma kaget melindungi kepala trus masuk ke kolong meja, habis itu lari keluar menuju ke lapangan,” mencoba mengingat pengalaman itu.

Selain Elma, Fahmi siswa Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Kelas 6 juga menuturkan hal serupa. Banyak hal yang ia pelajari dari edukasi ini. Mulai dari jenis-jenis bencana alam sehingga upaya evakuasi yang harus dilakukan ketika bencana tersebut terjadi.

“Tentang gempa bumi, longsor, angin topan, tsunami, gunung berapi dan masih banyak lagi. Jadi ketika ada bencana (gempa bumi) kita harus melindungi kepala, menunduk (sembunyi) di kolong meja, jauhi dari kaca dan lari,” aku Fahmi salah satu siswa Kelas 6.

Sebelumnya juga DMC Dompet Dhuafa memberikan sosialisasi kepada para pengajar dan staf sekolah tersebut terkait Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), agar sekolah tersebut tanggap dan tangguh hadapi bencana.

“Merupakan kegiatan yang positif terutama untuk kami yang berada di daerah pesisir, rentan terdampak gempa dan tsunami,” ujar Nunung Nurfalah selaku salah satu Dewan Guru yang juga merupakan Pembina Ekstrakuliler Pramuka SD Negeri 1 Sukamanah.

“Anak-anak semakin tahu bagaimana cara mengatasi dirinya dan melindungi dirinya ketika ada bencana terjadi,” lanjutnya.

Dengan demikian kegiatan ini sangat bermanfaat bagi siswa-siswi untuk meningkatkan kapasitas dan ketangguhan hadapi bencana alam.

“Alhamdulillah (edukasi ini) sangat bermanfaat, karena di daerah kami rawan gempa bumi. Ada sosialisasi dan edukasi tanggap bencana sangat bermanfaat bagi kami, mungkin ke depannya, hal ini harus sering dilakukan (untuk diwariskan) kepada adik-adik kelasnya,” ujar Imas Masfu’ah selaku salah satu guru Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar.

“Mudah-mudahan bencana tersebut tidak terjadi, tetapi kami memang pernah merasakan gempa bumi dengan besaran getaran mencapai 7 berapa gitu. Getarannya terasa sampai ke sini Pak, sampai kami berlarian ke dataran tinggi. Tapi alhamdulillah ternyata tidak ada tsunami,” lanjut Imas.

“Anak-anak jadi terdedukasi, paham apabila terjadi bencana baik di sekolah maupun di rumah. Sebelum mencari atau menyelamatkan yang lain, pertama mereka bisa ngumpet di kolong meja, dan menjauhi kaca. Guru-guru juga jadi paham sekarang berkat edukasi dari kakak-kakak ini,” tutup Imas.

Kegiatan edukasi ini dilakukan lantaran merupakan ikhtiar DMC Dompet Dhuafa untuk wilayah Banten, melalui Desa Sukamanah untuk mewujudkan Kawasan Tanggap dan Tangguh Bencana (KTTB). Sebuah program pendampingan kepada masyarakat untuk mampu mengelola dan meminimalisir dampak dari bencana, baik alam maupun non-alam, di lingkungan sekitarnya.

Selain itu, usulan untuk memberikan pelatihan ini kepada SD Negeri 1 Sukamanah dan Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar adalah seorang mahasiswa dari UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten bernama Mahmud.

Berdasarkan hasil pengamatan Mahmud, desa tersebut memiliki letak secara geografisnya berada di pinggir pantai sekitar 1,7 km dari pesisir pantai. Hal ini membuat Desa Sukamanah rentan apabila terjadi gempa bumi yang kemudian disusul oleh tsunami.

Ia melihat bahwa dua sekolah ini perlu dapat kebermanfaatan dari edukasi siap siaga bencana gempa bumi. Lantaran anak-anak termasuk dalam golongan rentan apabila terjadi bencana.

“Daerah Maliping itu termasuk dalam golongan daerah yang rawan bencana gempa dan tsunami. Meski mereka tidak berada di pusat gempa, akantetapi dampak dari gempa-gempa dari wilayah lainnya. Mereka berpotensi tsunami karena wilayah mereka berada di pesisir pantai,” pungkas Mahmud.

“Harapannya Desa Sukamanah dan sekitarnya dapat perhatian (dari berbagai pihak) lebih kepada aspek pendidikan mitigasi terhadap anak-anak, karena anak-anak termasuk ke dalam golongan rentan terhadap bencana,” sambungnya.

Berdasarkan Kajian Resiko Kabupaten Lebak 2013 – 2017 Inarisk, peta bahaya gempa bumi di Lebak dapat diketahui bahwa total wilayah terancam bencana gempa bumi dii Kabupaten Lebak adalah sebesar 100% dengan total indeks penduduk terpapar sebanyak 1.167.502 jiwa.

Lebih jauh dijelaskan juga peta bahaya tsunami di Lebak dapat diketahui bahwa total wilayah terancam bencana tsunami di Kabupaten Lebak adalah sebesar 1,87 % dengan total indeks penduduk terpapar sebanyak 80.362 jiwa.

Kawan Baik, mari kita doakan dan dukung gerakan masyarakat tanggap dan tangguh hadapi bencana. Dengan demikian, kita bisa lebih antisipatif dan meminimalisir dampak dari bencana yang terjadi di sekitar kita. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang.

Baca juga: Dompet Dhuafa: Sambut 2024 dengan Tangan Terbuka - kbr.id

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!