NUSANTARA

Warga Nunukan: Presiden Jokowi Salah Tempat Berkunjung

Warga di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, kecewa karena Presiden Joko Widodo hanya mengunjungi Kecamatan Sebatik saat kunjungan ke kabupaten itu, Selasa (17/12) kemarin.

AUTHOR / Anto Sidharta

Warga Nunukan: Presiden Jokowi Salah Tempat Berkunjung
Warga Nunukan, Presiden Jokowi, Sebatik

KBR, Jakarta – Warga di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, kecewa karena Presiden Joko Widodo hanya mengunjungi Kecamatan Sebatik saat kunjungan ke kabupaten itu, Selasa (17/12) kemarin.

Salah satu warga di Kecamatan Krayan, Martinus, mengatakan, daerahnya yang menjadi perbatasan darat langsung dengan Malaysia hingga kini belum pernah dikunjungi presiden. Sementara Sebatik pernah dikunjungi Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono dan mantan Wakil Presiden Boediono.

“Jangan presiden atau pemerintah membuat Sebatik sebagai tolok ukur pembangunan di sini. Sebatik kan di daerah pantai yang transportasinya baik. Kalau Kecamatan Krayan itu berbatasan langsung darat dengan negara tetangga Serawak, Malaysia timur. Itu hanya 10 kilometer jauhnya,” ujar Martinus dalam perbincangan di Sarapan Pagi KBR, Rabu (17/12).

Di tempat tinggalnya, kata Martinus, menjadi lokasi pemberitaan soal maraknya eksodus warga Indonesia ke Malaysia beberapa waktu lalu. Sebab, hingga kini di daerah darat yang berbatasan langsung dengan Malaysia itu asih terisolir. 

“Presiden tidak mengunjungi tempat yang sebenarnya. Padahal masyarakat perbatasan darat yang rawan. Mereka terisolir. Pejabat yang mengarahkan rute presiden mungkin punya kepentingan. Sangat kecewa kami,” ujar Martinus.

Hingga kini, kata dia, pembangunan di Kecamatan Krayan sangat lambat. Sebab lokasi daerah ini hanya bisa dilalui dengan pesawat selama satu jam perjalanan dari ibu kota Kabupaten Nunukan. Karenanya, ia mendesak pemerintah segera membenahi infrastruktur di daerahnya.

“Yang perlu (pembangunan) infrastruktur dan transportasi jalan. Kalau Malaysia jalannya aspal, jalan di kami masih tanah sehingga lengket kalau hujan. Motor dan mobil (yang lewat jalan itu) ditarik. Kan malu. Sekian puluh tahun merdeka kok gak bisa perbaiki jalan di perbatasan,” pungkas Martinus.



Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!