NUSANTARA

Walah, Separuh Lebih Air PDAM di Jayapura Dicuri

Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Jayapura mengaku kehilangan air mencapai 52 persen dari 1.800 meter kubik yang diproduksi setiap hari. Padahal secara nasional, angka kehilangan air hanya mencapai 30 persen saja.

AUTHOR / Katharina Lita

Walah, Separuh Lebih Air PDAM di Jayapura Dicuri
Air PDAM, Papua, Jayapura

KBR68H, Jayapura - Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Jayapura mengaku kehilangan air mencapai 52 persen dari 1.800 meter kubik yang diproduksi setiap hari. Padahal secara nasional, angka kehilangan air hanya mencapai 30 persen saja.

Kepala PDAM Jayapura, Abdul Petonengan mengatakan, tingkat kehilangan air di Kota Jayapura, paling tinggi dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Ia menduga ada indikasi karyawannya terlibat dalam pemasangan sambungan liar kepada sejumlah penduduk di Jayapura.

“Jika pegawai kami kedapatan terlibat dalam pemasangan liar itu, jelas akan diproses sama dengan oknum lainnya yang kedapatan memasang sambungan air liar. Jika polisi kedapatan petugas PDAM melakukan kriminal atas pemasangan air tanpa izin resmi, oknum tersebut bisa langsung diberhentikan dengan tidak hormat,” tegas Abdul.

Untuk menertibkan upaya ini, pihaknya menggandeng kepolisian setempat, memidanakan oknum yang memasang sambungan pipa air minum secara liar. Langkah ini dilakukan untuk mencegah tindakan pencurian air yang marak terjadi di wilayah Jayapura dan sekitarnya.

PDAM setempat mengaku selama ini hanya memberikan surat peringatan dan denda administratif bagi oknum yang mencuri air, dengan menggunakan sambungan pipa secara liar. Namun, upaya-upaya tersebut sama sekali tidak membuat kapok. “Kami telah menandatangani kerjasama oleh Kepolisian Resot Jayapura Kota untuk menekan tindakan kriminal pencurian air,” ungkapnya. (Katharina Lita)  

Editor: Anto Sidharta

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!