NUSANTARA

Status Gunung Tangkuban Parahu Berpotensi Turun

KBR68H, Bandung - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)menyatakan status Gunung Tangkuban Parahu berpotensi turun dari Waspada menjadi Normal.

AUTHOR / Arie Nugraha

Status Gunung Tangkuban Parahu Berpotensi Turun
Status Gunung, Tangkuban Parahu, Berpotensi Turun


KBR68H, Bandung - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)menyatakan status Gunung Tangkuban Parahu berpotensi turun dari Waspada menjadi Normal. Hal itu berdasarkan hasil pengamatan aktivitas vulkanik gunung yang mempunyai ketinggian 2.084 meter diatas permukaan laut tersebut. Menurut Pelaksana Tugas Sementara Kepala Bidang Pengamatan dan Penyidikan Gunung Api PVMBG I Gede Suantika, dalam tiga hari terakhir aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu tidak terlihat secara visual usai kembali menyemburkan material vulkanik pada 8 Oktober 2013. (Baca: Gunung Tangkuban Parahu Semburkan Material Vulkanik)

"Hari ini menurun kegempaannya. Tremornya tidak muncul, letusannya juga tidak ada. Tapi disela-sela itu muncul gempa-gempa vulkanik yang agak dalam. Jadi kalau kita bayangkan gempa kemarin letusan serta tremor itu kan dipermukaan sumbernya, lalu berhenti itu secara visual juga tidak ada. Lalu gempa-gempa vulkanik itu terus muncul," ujarnya di Kantor PVMBG, jalan Dipenogoro, Bandung (11/10).

Pelaksana Tugas Sementara Kepala Bidang Pengamatan dan Penyidikan Gunung Api PVMBG I Gede Suantika mengatakan, meski aktivitas Gunung Tangkuban Parahu sudah menurun dibandingkan sebelumnya tetapi statusnya masih tetap Waspada dengan radius 1,5 kilometer areal harus dikosongkan. PVMBG menaikan status Gunung Tangkuban Parahu Jawa Barat pada 5 Oktober 2013 menyemburkan material vulkanik setinggi 500 meter dari kawah Ratu. Semburan material vulkanik itu berupa abu dan kerikil yang menyebar disekitar Barat kawah.

Editor: Nanda Hidayat

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!