NUSANTARA

Rumah Pemulihan Cirebon, Sembuhkan Orang Gila

Keberadaan orang gila di Cirebon dianggap telah membuat wajah kota itu menjadi kumuh. Kehadiran mereka juga membuat banyak warga ketakutan. Hingga saat pemerintah setempat belun memiliki solusi ampuh untuk mengatasi persoalan tersebut.

AUTHOR / frans Mokalu

Rumah Pemulihan Cirebon, Sembuhkan Orang Gila
orang gila, cirebon

KBR, Cirebon – Keberadaan orang gila di Cirebon dianggap telah membuat wajah kota itu menjadi kumuh. Kehadiran mereka juga membuat banyak warga ketakutan. Hingga saat pemerintah setempat belun memiliki solusi ampuh untuk mengatasi persoalan tersebut.


Kehadiran rumah pemulihan diharapkan bisa sedikit membantu mengatasi masalah ini. Rumah yang berlokasi di Desa Pasindangan Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon, didirikan sejak empat bulan lalu sudah menampung 12 orang dengan gangguan mental serius, dimana 7 orang berhasil disembuhkan, 3 orang melarikan diri, dan 2 orang masih tinggal di Rumah.


Rumah Pemulihan itu luasnya sekitar 150 meter persegi, memiliki tiga kamar tidur, ruang tamu lengkap dengan televisi ukuran 14 inchi, satu kamar mandi, dapur, dan halaman, semuanya dengan kondisi yang sederhana.


Pengasuh Rumah Pemulihan Cirebon Jhoni Luinesi (30 tahun) mengatakan, rumah pemulihan didirikan untuk menampung orang gila yang berkeliaran di jalan-jalan sekaligus menyembuhkannya.


“Kita ambil orang-orang gila di pinggir-pinggir jalan,” tutur Jhoni, Rabu (15/10).


Jhoni melanjutkan, sebelum dibawa ke rumah, orang gila yang ditemuinya ditawari makan dan diajak jalan-jalan, sama sekali tidak ada paksaan. Sesampainya di rumah, mereka dimandikan, rambutnya dipangkas, kukunya digunting, diberi pakaian yang layak, kemudian tinggal di sana. 


Ia mengaku, untuk menyembuhkan orang gila tidak mengunakan obat penenag dan obat-obatan lainnya. Ia hanya memberikan perhatian, berkomunikasi, berbagi, dan lainnya layaknya berinteraksi dengan orang normal pada umumnya. Proses penyembuhannya pun memakan waktu bervariasi, dari dua mingu hingga 3 bulan.


Jhoni sendiri melakukan ini semua tanpa bayaran sepeserpun. Untuk kebutuhan sehari-hari ia mengandalkan donasi dari sejumlah orang yang peduli dengan kegiatan ini.


Warga sekitar mengaku tak keberatan dengan adanya rumah pemulihan ini. Mereka mengaku tidak pernah ada gangguan keamanan dan kerusakan. 


“Tidak masalah, lagi pula tidak mengganggu,” kata Dedi Setiadi yang tempat tinggalnya tepat di sebelah rumah pemulihan.


Dedi dan warga lainnya menyebut orang gila yang tinggal di rumah pemulihan dengan panggilan ‘pasien’.


“Pasiennya juga baik-baik, suka nyapa sama kita warga sini. Kalo pagi suka olah raga, bersih-bersih selokan, dan nyapu halaman,” tambahnya. 


Editor: Antonius Eko 


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!