NUSANTARA

Pita Merah Jogja Meluncurkan Aplikasi Monitoring Kesehatan ODHIV (MONTOV)

Aplikasi MONTOV juga untuk mencegah dan mengendalikan penyakit menular langsung, khususnya HIV & AIDS.

AUTHOR / Ken Fitriani

Pita Merah Jogja Meluncurkan Aplikasi Monitoring Kesehatan ODHIV (MONTOV)
Pita Merah Jogja (PMJ) meluncurkan aplikasi Monitoring Kesehatan ODHIV (MONTOV) di Grand Kangen Hotel, Kamis, 18 Januari 2024. Foto: KBR/Ken

KBR, Yogyakarta- Pita Merah Jogja (PMJ) meluncurkan aplikasi Monitoring Kesehatan ODHIV (MONTOV) di salah satu hotel di DIY, Kamis, (18/1/2024). Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung Pemerintah Daerah (Pemda) DIY dalam mempersiapkan masyarakat tanggap bencana bagi kelompok rentan.

MONTOV adalah aplikasi untuk ODHIV dalam menghadapi situasi bencana yang memiliki kontribusi secara signifikan pada beberapa target Sustainable Development Goals (SDG's) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Koordinator PMJ, Eva Dewa Masyitha mengatakan, aplikasi MONTOV juga untuk mencegah dan mengendalikan penyakit menular langsung, khususnya HIV & AIDS. Melalui aplikasi ini, Orang dengan HIV (ODHIV) dapat memantau kesehatannya.

"Aplikasi MONTOV, Monitoring Kesehatan ODHIV itu aplikasi yang digunakan untuk memantau kesehatan ODHIV kalau dalam tidak situasi bencana. Tapi, itu juga aplikasinya punya fitur kebencanaan juga di dalamnya. Ada informasi bencananya juga," kata Eva di sela acara.

Mitigasi Bencana

Menurut Eva, aplikasi tersebut sengaja didesain untuk memitigasi bencana. Jika terjadi bencana seperti gempa bumi, aplikasi akan mengirimkan pesan kepada penggunanya agar dapat mengantisipasi sejak awal.

"Biasanya kalau terjadi bencana itu kan layanan kesehatan fokusnya sama korban bencananya. Sedangkan teman-teman ODHIV itu harus minum obat setiap hari. Mereka juga harus memantau kesehatannya secara berkala, itu enggak bisa putus," ujarnya.

Melalui aplikasi MONTOV, PMJ ingin memfasilitasi kebutuhan teman-teman ODHIV baik dalam situasi bencana maupun ketika tidak dalam situasi bencana. Aplikasi tersebut juga berisi tentang Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang lebih sering ditemukan dalam bentuk buku.

"Di MONTOV ini juga ada KIE digitalnya. MONTOV juga sudah sangat aksesibel, baik dalam skema warna dan fitur yang sangat responsiv sehingga bisa dipakai untuk ODHIV dan ODHIV dengan disabilitas," jelasnya.

Eva menjabarkan, aplikasi MONTOV untuk sementara hanya bisa digunakan pada ponsel pintar jenis Android di wilayah Kota Yogyakarta. Untuk memaksimalkan kinerja aplikasi tersebut, saat ini PMJ menggandeng empat puskesmas yang memiliki Perawatan Dukungan dan Pelayanan (PDP) ODHIV di Kota Yogyakarta.

"Puskesmas Kecamatan Mantrijeron, Puskesmas Kecamatan Umbulharjo 1 dan Puskesmas Kecamatan Gedongtengen. Ketika ada bencana teman-teman bisa tetap mendapatkan layanan kesehatan di 4 puskesmas tersebut," ungkapnya.

Respons Dinkes DIY

Kepala bidang dan Penanggulangan Penyakit Dinkes DIY, Setiyo Harini menambahkan, dari estimasi 9.500 jumlah ODHIV di Yogyakarta, saat ini baru sekitar 7.400 ODHIV yang terdeteksi dan 2.200 di antaranya AIDS.

"Jadi PR kita masih sangat banyak. Target 95 persen belum tercapai. Penemuan belum tercapai 95 persen, ARV-nya juga belum tercapai 95 persen, tersupresi juga belum 95 persen. Ini jadi PR kita bersama," paparnya.

Setiyo mengungkapkan, dinkes sangat menyambut baik diluncurkannya aplikasi MONTOV karena memiliki banyak manfaat, salah satunya untuk edukasi.

"Ini juga bisa untuk mendekatkan layanan, mempermudah ODHIV dalam menjalankan kehidupan sehari-hari termasuk dalam situasi bencana. Jadi, tetap bisa berlanjut tidak ada halangan apa pun ketika situasi bencana, karena tidak boleh terputus pengobatannya," katanya.

Setiyo berharap, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang terlibat penanggulangan HIV-AIDS dapat menjalin hubungan yang baik, berkoordinasi secara berkala dan membentuk jejaring dengan fasyankes PDP.

"Baik dalam pendampingan, penjangkauan dan validasi data, sinkronisasi kebijakan terkait penanggulangan HIV. Ada keluhan atau kritik saran bisa disampaikan ke kami, ke Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, atau ke LSM maupun saluran yang telah tersedia," pungkasnya.

Baca juga:

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!