NUSANTARA

Pemkab Banyuwangi Temukan Ribuan Kasus Tuberkulosis, Apa penyebabnya?

dari 7.388 orang suspek, 26 persen positif bergejala TB.

AUTHOR / Hermawan Arifianto

rontgen
Ilustrasi hasil rontgen paru-paru (FOTO: ANTARA/Nova Wahyudi)

KBR, Banyuwangi- Dinas Kesehatan Banyuwangi, Jawa Timur  mencatat ada 1.901 temuan kasus Tuberkulosis (TB) pada tahun ini.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat, temuan itu, merupakan hasil skrining dengan rontogen thorax di seluruh wilayahnya. Kata dia, skrining bebas biaya itu bertujuan untuk deteksi dini kasus, agar kasus positif lebih cepat ditangani dan diobati. Apalagi kasus TB dinilai seperti fenomena gunung es.

Menurutnya, dari 7.388 orang suspek, 26 persen positif bergejala TB.

“Tuman suspek yang paling tinggi di 3 kecamatan ini kenapa yang seperti ini sebenarnya ada dua sebab. Jadi TBC ini dekat dengan kemiskinan, yang kemiskinanya tinggi biasanya rumahnya tidak sehat. Kalau rumahnya tidak sehat biasanya relatif kalau ada satu anggota itu anggota keluarga yang lain itu juga reskio tertular. Yang kedua kepadatan dan lingkungan yang tidak sehat,”ujar Amir Hidayat Kamis (21/3/2024) di Banyuwangi.

Baca juga:

Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat menambahkan selama proses penyembuhan, ribuan penderita Tuberkulosis itu diawasi petugas dalam layanan Pengawasan Minum Obat (PMO) selama enam bulan. Dia menyebut, pemberian obat TB itu diberikan tanpa pungutan biaya alias gratis.

Lebih jauh Amir mengungkap, wilayah yang paling banyak ditemukan kasus TB yaitu Kecamatan Muncar, Genteng dan Kecamatan Wongsorejo. 

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mencatat, kasus tuberkulosis atau TB di Indonesia pada tahun lalu mencapai 1.060.000 juta kasus. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi, jumlah itu lebih banyak dibandingkan jumlah tahun 2022 dengan 969.000 kasus.

"Estimasi kasus baru itu sebesar 1.060.000 kasus, ini merupakan peningkatan dari tahun sebelumnya 969.000 peningkatan ini merupakan dampak dari penurunan penemuan kasus di zaman covid dampak peningkatan terasa sampai ke 2022-2023," jelasnya pada siaran Ruang Publik KBR, Selasa (13/2/2024).

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi menambahkan, kasus Tuberkulosis atau "B juga meningkat tiga kali lipat pada anak-anak.

Imran mengatakan, anak-anak lebih rentan terhadap penyakit Tuberkulosis karena jalur nafasnya pendek, dan memungkinkan infeksi virus masuk ke paru-paru lebih cepat.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita penyakit Tuberkulosis di Indonesia, pada 2022 lalu menempati peringkat kedua di dunia, sesudah India. WHO mengungkapkan, jumlah kasus Tuberklosis di tanah air telah mencapai lebih dari 900 ribu, dan kematian 144 ribu per tahun, atau setara dengan 16 kematian per jam.

Editor: Muthia Kusuma Wardani

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!