NASIONAL

PB IDI: Sebaran Dokter Tidak Merata, Terpusat di Perkotaan

"Ada maldistribusi. Jadi pemerataan dokter yang tidak sama di setiap wilayah Indonesia."

AUTHOR / Hoirunnisa

PB IDI: Sebaran Dokter Tidak Merata, Terpusat di Perkotaan
Seorang dokter memeriksa balita di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Kamis (15/9/2022). (Foto: ANTARA/Adiwinata Solihin)

KBR, Jakarta - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengungkapkan saat ini Indonesia masih kekurangan dokter imbas tidak meratanya persebaran. Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi mengatakan jumlah dokter terpusat di perkotaan.

"Ada maldistribusi. Jadi pemerataan dokter yang tidak sama di setiap wilayah Indonesia. Sehingga proporsinya sangat berbeda. Kalau kemudian wilayah lima besar katakanlah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Banten. Itu Adalah beberapa wilayah yang mempunyai proporsi dokter umum jauh lebih besar dibandingkan wilayah lain,” kata Adib dalam konferensi pers secara online dengan tema "Kekurangan Dokter vs Pemerataan Dokter", Kamis (22/2/2024).

Adib mengatakan idealnya Indonesia memiliki lebih dari 78 ribu dokter spesialis untuk 280 juta penduduk. Perhitungan itu didapat dari target rasio dokter spesialis yakni 0,28 per 1.000 penduduk.

Dari catatan IDI, saat ini indonesia kekurangan 30.946 dokter spesialis.

Baca juga:

Menurut Adib, tidak meratanya fasilitas kesehatan turut mempengaruhi persebaran dokter di Indonesia. Dia beranggapan berdirinya fasilitas kesehatan dapat menyerap tenaga dokter dan bertugas pada wilayah tersebut.

“Banyaknya rumah sakit-rumah sakit baru itu juga mendukung untuk kemudian munculnya jumlah dokter di wilayah DKI. Begitu juga di wilayah yang lain. Sehingga pertumbuhan terkait faskes itu akan menarik juga kebutuhan SDM,” kata Adib.

Bagi dia ketimpangan ini dapat mempengaruhi efisiensi pelayanan kesehatan di berbagai wilayah Indonesia.

Editor: Wahyu S.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!