NUSANTARA

Moge vs Ambulans di Bantul, Pengendara Moge Diminta Tak Arogan

Pengguna motor gede (moge) diminta tak arogan saat berkendara di jalanan. Menyusul sejumlah kecelakaan yang kerap melibatkan pengendara moge di wilayah DIY, terakhir Sabtu (27/4/2013) di perempatan Ketandan Jalan Wonosari, Bantul.

AUTHOR / Star Jogja

Moge vs Ambulans di Bantul, Pengendara Moge Diminta Tak Arogan
kecelakaan, moge, ambulans

KBR68H, Yogyakarta- Pengguna motor gede (moge) diminta tak arogan saat berkendara di jalanan. Menyusul sejumlah kecelakaan yang kerap melibatkan pengendara moge di wilayah DIY, terakhir Sabtu (27/4/2013) di perempatan Ketandan Jalan Wonosari, Bantul.

Polisi diminta tak pandang bulu menindak pelaku yang bersalah kendati komunitas motor ini kebanyak merupakan kalangan masyarakat atas.

Koordinator Jaringan Pemantau Polisi (JPP) Bambang Tiong meminta kepolisian menindak tegas pengemudi moge yang melanggar lalu lintas. Meskipun dalam kecelakaan tersebut pengemudilah yang mengalami luka parah patah tulang bukan pengemudi dan penumpang ambulan yang tertabrak.

Jangan sampai seperti kecelakaan moge yang terjadi tahun lalu di Kulonprogo hingga menelan korban jiwa. Namun pelaku tetap tak ditindak tegas. “Aturan bagimanapun tetap harus dilakukan.

Pengguna moge itu tidak kebal hukum meski kebanyakan pelaku masyarakat kalangan atas. Hukum ditegakan bukan melihat siapa yang mengalami luka parah,” tegas Bambang Minggu (28/4).

Ia pun meminta pengemudi moge tak arogan saat berkendara di jalanan dan menaati aturan lalu lintas. “Kalau aturan lalu lintas dan polisi saja berani dilanggar itu namanya preman jalanan,” ujarnya.

Laka Lantas

Kepolisian Bantul hingga saat ini belum menetapkan pengemudi Heri Setianto sebagai tersangka. Dokter spesialis bedah itu hingga kini masih dirawat di RS Bethesda. Kanit Lantas Polres Bantul Ipda Amir Mahmud mengatakan, pengemudi kini belum bisa dimintai keterangan karena baru habis dioperasi.

“Kami hanya wawancara dengan pengemudi ambulan, kalau pengemudi moge belum bisa,” ungkapnya. Heri menurutnya mengalami patah tulang kaki, lecet di kepala serta luka di bagian tulang rusuk. Khusus tulang rusuk hingga kini masih menunggu hasil rontgen.

Terkait pelanggaran lalu lintas, kemungkinan menurut Amir, hanya pelanggaran ringan karena menerobos Traffic Light. Namun soal penegakan hukum atas kelalaian berkendara menurutnya masih diselidiki.

Polisi bahkan kebingungan terhadap kasus ini. “Karena yang jadi korban justru pengemudinya yang luka parah, yang ditabrak tidak, juga bingung mau menjerat pengemudi,” pungkasnya.

Salah seorang pengemudi moge yang aktif dalam kegiatan perkumpulan komunitas motor besar tersebut, R. Tanto, menolak bila pengemudi moge disebut arogan. Menurutnya, kecelakaan yang terjadi di perempatan Wonosari tersebut tak terkait konvoi motor. “Itu pengendara pribadi di luar konvoi, kita tidak tahu,” katanya.

Hanya karena menggunakan moge maka banyak disorot masyarakat. “Hanya kebetulan pakai moge saja, tapi sebenarnya sama seperti kecelakaan sepeda motor biasa,” imbuhnya. Sedangkan terkait kegiatan konvoi, komunitas menurutnya selalu berkoordinasi dengan kepolisian atau selalu dikawal.

“Kalau sudah kegiatan konvoi kami minta kawal. Seperti kegiatan di Jogja sekarang itu berkoordinasi dengan Polda dan mendapat restu Ngerso Dalem (Gubernur DIY Hamengkubuwono X). Karena terkait peningkatan pariwisata,” paparnya

Sumber: Star Jogja

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!