NUSANTARA

Kabut Asap Riau Ganggu Aktivitas Nelayan di Aceh

Kabut asap membuat sebagian nelayan Kota Lhokseumawe, Aceh, enggan melaut. Bahkan, hampir sebagian besar kapal nelayan terpaksa bersandar di dermaga.

AUTHOR / Erwin Jalaluddin

Kabut Asap Riau Ganggu Aktivitas Nelayan di Aceh
Kabut Asap Riau, Nelayan di Aceh

KBR, Lhokseumawe – Kabut asap membuat sebagian nelayan Kota Lhokseumawe, Aceh, enggan melaut. Bahkan, hampir sebagian besar kapal nelayan terpaksa bersandar di dermaga.  

Menurut seorang nelayan di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Ujong Blang, Samsudin, ia begitu kesulitan melaut. Hal ini diperparah jika hujan dan awan mendung. Kondisi ini, kata dia, mengganggu jarak pandangnya.    

”Kalau sudah mendung dan hujan penglihatan menjadi gelap. Dan, kami tak tahu kapan kabut asap ini bisa berakhir, ” ucapnya kepada Portalkbr, Jumat (19/9).

Ia meminta pemerintah harus segera menyelesaikan masalah kabut asap ini

Sementara, tokoh adat nelayan di Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Pusong, Abdul Muthalib, mengatakan, kabut asap sangat mengganggu aktivitas nelayan di daerahnya. Terlebih, saat ini jarak pandang hanya tersisa setengah mil yang beresiko rawan terjadinya kecelakaan.

”Para nelayan sangat susah, tidak bisa melihat lintasan kapal karena land laut ini lintasan internasional. Sangat menganggu dan mudah-mudah tidak ada yang terjadi apa-apa kedepanlah. Kalau diperkirakan jarak pandang sangat dekat sekali, gak sampai setengah mil pun. Ini sangat berbahaya bagi nelayan,” kata Muthalib menjawab KBR, Jum’at (19/8).

Beberapa hari ini kabut asap mulai menyelimuti beberapa kabupaten/kota di wilayah pesisir timur Provinsi Aceh, seperti Lhokseumawe, Aceh Utara, Bireun, Aceh Timur, dan sekitarnya. Kabut asap mucul akibat pembukaan lahan baru dan kebakaran hutan di Provinsi Riau.

Editor: Anto Sidharta

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!