NUSANTARA

Istri Koma, Suami TKI Sihatul Tolak Upaya Hukum

Kepolisian Taiwan telah menghentikan penyelidikan terhadap dugaan kekerasan yang menimpa Sihatul Alfiyah, tenaga kerja wanita (TKW) asal Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

AUTHOR / Hermawan

Istri Koma, Suami TKI Sihatul Tolak Upaya Hukum
Suami, TKI Sihatul, Tolak Upaya Hukum

KBR, Banyuwangi - Kepolisian Taiwan telah menghentikan penyelidikan terhadap dugaan kekerasan yang menimpa Sihatul Alfiyah, tenaga kerja wanita (TKW) asal Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Menurut Asisten Senior Bidang Ketenagakerjaan Kamar Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei, Noerman Adhiguna, penyidikan itu dihentikan karena kepolisian Taiwan kekurangan alat bukti.

Kata dia, proses hukum masih bisa dibuka kembali bila pihak keluarga menuntut majikan Sihatul. Namun saat ini pihak keluarga Sihatul tidak ingin kasus hukum itu berlanjut.

“Opsi sebelum suaminya ke sana kita buka jadi selama ini kan perlu ditekankan bahwa itu ada cerita berbagai cerita ya, ada yang sakit karena salah pekerjaan dan lain sebagainya. Namun kita buka opsinya bagi suami jika mau mengambil tuntutan jalur hukum polisi di sana kita buka opsinya. Ternyata pada saat suami kesana menginginkan untuk dipulangkan saja tidak memproses jalur hukum di sana,” kata Noerman Adhiguna (7/5).

Sihatul Alfiyah, TKW asal Desa Plampangrejo Banyuwangi terbaring koma selama 8 bulan akibat mengalami kerusakan otak akibat gagal jantung. Saat ini Sihatul telah dipulangkan ke Indonesia  dan dirawat di RSUD Blambangan Banyuwangi.

Dia diduga dianiaya majikan di tempat dia bekerja. Sihatul diduga dipukul dengan benda tumpul oleh majikannya hingga tak sadarkan diri. Ia dibawa ke UGD RS Chi Mei Medical Centre di Liouying. Hasil diagnosa resmi membuktikan terjadi luka di bagian belakang kepala akibat benturan benda tumpul.

Editor: Anto Sidharta

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!