NUSANTARA
Gemuruh dari Puncak Gunung Merapi, Ratusan Warga Boyolali Minta Dievakuasi
Pengungsian diprioritaskan untuk kelompok rentan, semisal anak-anak dan manula.
AUTHOR / Anindya Putri
KBR, Semarang- Ribuan warga di tiga kabupaten di Jawa Tengah, mengungsi lantaran khawatir dengan ancaman erupsi Gunung Merapi.
Pelaksana Tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Safruddin merinci, ada 933 jiwa pengungsi dari Boyolali, 819 dari Magelang, dan 375 dari Klaten.
Kata dia, pengungsian diprioritaskan untuk kelompok rentan, semisal anak-anak dan manula.
"Pengungsi sekarang 2.127 ini yang luar biasa banyak dari Boyolali. Kemarin terkait adanya informasi akan terjadi erupsi di daerah utara, sehingga 900 warga Boyolali mengungsi lebih banyak dari Magelang. Saat ini warga berada di pengungsian sementara belum dievakuasi ke sister village (desa seduluran)," ungkap Safruddin kepada KBR di Semarang, Kamis (26/11/20).
Penambahan Barak Pengungsian
Menurut Safruddin, warga Boyolali meminta dievakuasi setelah mendengar gemuruh dari puncak Merapi.
Ia mengaku terus berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten, untuk menyediakan barak pengungsian. Semisal dengan memanfaatkan gedung sekolah. Pasalnya, jumlah pengungsi terus bertambah.
Fasilitas seperti sekolah darurat dan penyembuhan dari trauma juga telah disediakan untuk anak-anak yang berada di barak pengungsian.
Level Siaga dan Pengungsian untuk Hewan
Selain itu, disediakan pula pengungsian untuk hewan ternak, berupa kandang komunal di Kabupaten Klaten dan Boyolali.
Pada 5 November lalu, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menaikkan status Gunung Merapi dari level Waspada, menjadi level Siaga.
Masyarakat yang berada di radius tiga hingga lima kilometer diminta waspada.
Erupsi Merapi yang akan datang diprediksi lebih besar dari 2006, namun sedikit lebih kecil dari 2010.
Editor: Sindu Dharmawan
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!