NUSANTARA

Antraks Merebak di Gunungkidul, Instruksi Sultan, dan Pencegahan

Kasus antraks di Yogyakarta bukan terjadi kali ini saja.

AUTHOR / Ken Fitriani

Antraks Merebak di Gunungkidul, Instruksi Sultan, dan Pencegahan
Ilustrasi: Hewan ternak milik warga di Kabupaten Bantul, DIY, 25 Juni 2023. (Foto: KBR/Ken)

KBR, Yogyakarta- Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X memerintahkan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul lebih memperketat pengawasan lalu lintas hewan ternak menyusul ditemukannya korban akibat antraks di wilayah tersebut.

"Sekarang bagaimana petugas itu lebih teliti untuk terjadinya lalu lintas di situ. Kalau kurang tenaga, ya, ditambah, kalau tenaganya cukup, ya, bagaimana mengawasi, ya. Tidak sekadar mengawasi, tapi, ya periksa betul sapi yang lewat. Jangan terus lewat dia tetap duduk di pos," kata Sultan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Rabu, (5/7/2023).

Sultan menyebut, penemuan kasus antraks di DIY terus berulang setiap tahun. Hal ini disinyalir karena ada warga yang masih mengkonsumsi daging yang telah terinfeksi antraks. Karena itu, perlu sosialisasi dan edukasi terkait pencegahan penyakit antraks perlu terus digencarkan.

"Saya juga tidak mengerti literasi apa yang mungkin perlu diberikan pada masyarakat. Ya, gejala antraks itu ada pada sapi seperti apa, harus dengan kelengkapan apa untuk cara mengobati dan tidak dimakan dagingnya misalnya gitu," ujarnya.

Sultan mengaku heran hingga saat ini masih ada masyarakat yang ingin mengkonsumsi daging ternak yang sudah mati. Padahal tindakan itu sangat berisiko karena ada indikasi kuat hewan tersebut terkena penyakit.

"Mestinya itu kan harus dihindari. Jangan seperti yang kemarin tahu-tahu mati kan terus disembelih, terus dimakan bersama. Ya, kenapa hal seperti ini selalu terulang. Saya kira masyarakat sendiri, ya, sering ngemingke (menyepelekan-red) saja," tandasnya.

Waspada Penjualan Ternak Harga Murah

Di sisi lain, Sultan juga meminta masyarakat mewaspadai hewan ternak yang dijual dengan harga murah di bawah pasaran. Sebab, kemungkinan hewan tersebut sengaja dijual agar peternak tetap mendapat keuntungan meski ternaknya terjangkit penyakit.

"Biasanya harganya Rp23 juta, tapi, kok iki cuma Rp15 juta, misalnya. Hal-hal yang sederhana itu sebetulnya sudah kita bisa antisipasi," terang Sultan.

Sultan menambahkan, pencegahan tetap dapat dilakukan dengan memperketat pengawasan hewan ternak yang masuk dari luar daerah, terutama dari wilayah endemi antraks. Hal ini karena Gunungkidul memiliki lalu lintas hewan ternak yang cukup tinggi.

"Dengan adanya pengawasan, ternak berpenyakit semakin kecil kemungkinannya untuk beredar di wilayah DIY. Kalau tidak diperketat ya tidak pernah bisa terselesaikan," ungkapnya.

Antraks di DIY

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul merilis satu warga yang meninggal akibat positif antraks. Sedangkan dua orang lain yang meninggal tidak diperiksa terkait antraks.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kasus antraks di Yogyakarta bukan terjadi kali ini saja. Pada akhir 2016 hingga awal Januari 2017, dilaporkan 16 kasus antraks kulit di Kulonprogo, dan 1 suspek antraks di Sleman, DIY.

Saat itu, kasus sudah teratasi dan tidak ditemukan kasus baru antraks yang ditemukan atau dilaporkan. Seluruh puskesmas dan RS di DIY disebutkan sudah mampu menangani pasien bergejala antraks.

Seputar Antraks

Antraks ialah penyakit menular pada hewan ternak yang diakibatkan kuman Bacillus Anthracis bersifat akut dan dapat menyebabkan kematian.

Mengutip situs kemenkes.go.id, bakteri Bacillus anthracis ialah bakteri berbentuk batang, yang hidup dan berkembang biak di dalam tubuh hewan atau manusia yang terinfeksi. Bakteri anthracis dapat membentuk spora apabila terkena oksigen dan dapat hidup di tanah sampai puluhan tahun.

Penyakit yang bersumber dari binatang atau zoonosis ini menyerang hewan pemamah biak, dan dapat menyerang mamalia lain. Penyakit ini dapat menyerang manusia dengan menimbulkan bisul bernanah di kulit.

Terdapat empat bentuk antraks pada manusia, yakni antraks kulit, antraks paru-paru, antraks saluran pernapasan, dan antraks meningitis.

Dari empat bentuk tersebut, antraks kulit paling sering terjadi pada manusia. Sedangkan untuk antraks pencernaan umumnya terjadi akibat memakan daging hewan yang terinfeksi antraks, tanpa dimasak dengan sempurna.

Cara Penularan

Masih menurut situs Kemenkes.go.id, penularan antraks pada hewan diawali dari tanah yang berspora Bacillus anthracis, kemudian melalui luka kulit, termakan bersama pakan/minum, terhirup pernapasan, sehingga masuk tubuh hewan.

Sedangkan penularan pada manusia antara lain melalui kontak kulit dengan hewan atau produk olahan hewan yang mengandung spora antraks, memakan daging hewan yang terjangkit tanpa melalui proses pemasakan yang sempurna. Tak ada penularan antraks dari manusia ke manusia.

Pencegahan

Penyakit antraks dapat dihentikan melalui peningkatan kesehatan hewan ternak agar tidak berisiko menular ke manusia.

Upaya-upaya itu antara lain:

- Mengonsumsi daging hewan yang sehat dan dimasak sampai matang sempurna.

- Selalu mencuci tangan menggunakan sabun setelah mengolah produk hewan.

- Melapor ke petugas peternakan atau kesehatan hewan/Pusat Kesehatan Hewan jika menemukan ternak sakit atau mati mendadak.

Langkah Kemenkes

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan melakukan penyelidikan epidemiologis usai tiga warga Kabupaten Gunung Kidul meninggal akibat penyakit antraks. Penyakit itu ditularkan dari hewan ternak.

Dilansir dari Antara, tiga warga yang meninggal itu berasal dari Kecamatan Semanu. Dari hasil sementara, ada 90-an pasien positif antraks berdasarkan tes serologi.

Sementara itu, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunung Kidul melakukan isolasi terbatas lalu lintas ternak. Isolasi dilakukan usai lima ekor hewan ternak positif antraks. Lima hewan itu dilaporkan mati mendadak.

Baca juga:

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!