NASIONAL

Walhi Sebut Pembangunan Menjadi Salah Satu Faktor Penyebab Krisis Air

Pembangunan yang dilakukan pemerintah banyak mencemari sumber-sumber air bersih dan bahkan menghilangkan sumber-sumber air.

AUTHOR / Astri Yuana Sari

Walhi Sebut Pembangunan Menjadi Salah Satu Faktor Penyebab Krisis Air
Ilustrasi: Proses droping air bersih ke daerah terdampak kekeringan di 10 kecamatan di Bondowoso, Jatim. Foto: BPBD Bondowoso

KBR, Jakarta- Pembangunan oleh pemerintah menjadi salah satu faktor penyebab krisis air bersih di sejumlah wilayah di Indonesia. 

Menurut Kepala Divisi Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Puspa Dewy, pembangunan yang dilakukan pemerintah banyak mencemari sumber-sumber air bersih dan bahkan menghilangkan sumber-sumber air. Kata dia, krisis air bersih saat musim kemarau adalah situasi yang terus berulang tiap tahun.

"Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah itu banyak kemudian menggunakan air gitu ya, menyedot air yang kemudian itu membatasi akses air bersih kepada rakyat miskin, ya, kan. Kalau kita mau melihat krisis air ini siapa sih yang kemudian paling banyak terdampak ataupun yang kemudian sangat kesulitan? kita bisa lihat ya bagaimana kemudian rakyat-rakyat kecil yang kemudian dia kesulitan untuk mengakses air bersih," kata Dewy kepada KBR, Rabu, (20/9/2023).

Dewy meminta pemerintah dalam jangka pendek harus bisa menyediakan fasilitas air bersih kepada masyarakat terdampak. Namun dalam jangka panjang, pemerintah harus bisa memikirkan langkah strategis untuk melindungi sumber-sumber air bersih.

"Artinya pola pembangunan yang hari ini dilakukan itu kemudian tidak menghancurkan ataupun menghilangkan sumber-sumber air kita itu yang penting. Dan kemudian soal bagaimana perlindungan air ini juga untuk tidak tercemar gitu ya, kemudian penyedotan air tanah itu juga harus ada batasannya seperti itu. Karena itu kemudian juga berimplikasi terhadap apa yang terjadi hari ini," kata dia.

Jalan Jauh dan Berebut Air Bantuan

Sebelumnya, warga di beberapa daerah di tanah air mengeluh karena kekurangan air bersih. Antara lain di daerah Bekasi, Jawa Barat, dan Aceh Barat, Aceh.

Kenedi misalnya. Seorang warga Desa Ujung Tanag Darat, Kecamatan Merbau, Meulaboh, Aceh Barat mengeluhkan kesulitan mendapatkan air bersih sejak musim kemarau. 

Akibatnya, ia dan warga sekitar tempat tinggalnya terpaksa mencari sumber-sumber air di daerah lain, yang jaraknya hingga satu kilometer.

"Sulitnya mendapatkan air bersih ini semenjak musim kemarau inilah Bu. Kita warga harus mencari air berjalan kaki, mencari ke sumber-sumber air yang ada di daerah-daerah yang ada di kampung kita ini dan jaraknya jauh lagi dari permukiman," kata Kenedi kepada KBR, Rabu (20/9/2023).

Kenedi menyebut, bantuan air bersih dari pemerintah daerah memang datang setiap satu pekan sekali. Namun, bantuan tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan seluruh warga.

"Kalau bantuan yang diterima ada jugalah yang dikasih sama pemerintah tapi mau seberapalah, itupun kalau dikasih dengan air satu tangki, kita masyarakat sebanyak ini kemudian kita akhirnya berebut untuk mengambil air yang didukungkan itu. Bahkan nyaris kita ribut antara kita karena kita memang berebut dan butuh air," kata dia.

Baca juga:

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!