NASIONAL

Virus HMPV Masuk, Bagaimana Kesiapan Pemerintah?

Gejala penyakit HMPV mirip flu biasa, seperti batuk, demam, pilek, dan sesak napas.

AUTHOR / Hoirunnisa

EDITOR / Sindu

Google News
Virus HMPV Masuk, Bagaimana Kesiapan Pemerintah?
(Ilustrasi: virus HMPV dibuat menggunakan AI oleh OpenAI melalui DALL-E. Gambar bersifat artistik & tak dimaksudkan sebagai representasi ilmiah yang akurat).

KBR, Jakarta- Virus Human Metapneumovirus atau HMPV sudah masuk Indonesia. Sejumlah anak telah terinfeksi. Di ranah global, penyebaran HMPV juga memicu perhatian. 

Di Tiongkok misalnya, Human Metapneumovirus atau HMPV sempat menyebabkan rumah sakit kewalahan di Tiongkok. Di Malaysia, HMPV meningkat hampir 50 persen sepanjang 2024, menjadi 300-an kasus. Kini, HMPV telah masuk Indonesia. Sejumlah anak tercatat telah terinfeksi.

Juru bicara Kemeterian Kesehatan, Widyawati mengimbau, masyarakat tidak panik tetapi tetap waspada dan menjaga Kesehatan.

"Laporan hari ini (Senin, 6 Januari 2025) ke Kementerian Kesehatan sudah ada beberapa anak yang terkena HMPV, dan kami terus menelusuri. Dan menurut pengamatan ini tidak hanya baru tahun ini saja, mengingat virus ini sudah tersebar lama sejak tahun 2001. Yang harus kita sampaikan di sini ke publik adalah tetap waspada dan tidak perlu panik. Tidak benar bahwa ini adalah virus baru," ujar Widyawati kepada KBR, Senin, (6/1/2024).

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan virus ini umumnya tidak berbahaya, berbeda dengan COVID-19. Kata dia, gejala penyakit HMPV mirip flu biasa, seperti batuk, demam, pilek, dan sesak napas. HMPV dapat diatasi dengan penguatan sistem kekebalan tubuh.

“Apa bedanya virus baru sama virus lama alat virus baru kayak covid tubuh manusia tuh belum tahu bagaimana meresponsnya akibatnya kalau dia menyerang tubuh kita, tubuh kita bingung bagaimana merespons sehingga kemungkinan besar risiko fatalitasnya tinggi. Kalau HMPV tubuh kita terus sudah tahu pada meresponsnya seperti apa, sama. Puluhan tahun HMPV itu ditemukan 2001 dan sudah beredar di seluruh dunia sejak 2001, dan selama ini juga enggak ada apa-apa udah ada di sudutnya termasuk di Indonesia tuh sejak 2001. Bukannya enggak ada, sudah ada di Indonesia,” ucap Budi kepada wartawan, Senin, (6/1/2025).

Sikap IDI

Imbauan juga disampaikan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI). Anggota Dewan Pertimbangan PB IDI, Zubairi Djoerban meminta masyarakat tak khawatir berlebihan. Kata dia, protokol kesehatan 3M seperti menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan sudah cukup untuk mengurangi risiko penularan.

“Kenapa sekarang heboh? Karena kita masih trauma kan dulu Covid enggak ada, terus mendadak muncul kemudian bikin mati banyak banget namun begitu ada vaksin ya sudah selesai. Nah, kalau penyakit ini (HMPV) bukan penyakit baru, ini penyakit lama, kemudian penyakit ini sudah bolak-balik muncul setiap musim dingin,” katanya kepada KBR, Selasa, (07/1/2024).

Menurut Anggota Dewan Pertimbangan PB IDI, Zubairi Djoerban, virus ini lebih sering menyebar di negara dengan musim dingin, seperti Amerika dan Eropa.

Pintu Masuk

Sementara itu, sebagian kalangan wakil rakyat di parlemen meminta pemerintah memperketat arus keluar-masuk Indonesia guna mencegah virus HMPV. Anggota Komisi Kesehatan DPR Edy Wuryanto menjelaskan alasannya.

"Meskipun demikian, karena ini bisa menyebabkan infeksi pada paru pada tahap ringan sampai berat. Belum ada vaksin dan juga tidak ada obatnya. Maka langkah terbaik adalah pencegahan. Agar jangan sampai virus ini yang ada di Cina dan Malaysia tidak masuk ke Indonesia. Tentu pembatasan atau pengetatan pintu masuk orang antarnegara itu diperketat seperti bandara, pelabuhan atau pintu-pintu darat perbatasan malaysia terutama," kata Edy mengutip laman DPR RI, Rabu, (8/1/2025).

Anggota Komisi Kesehatan DPR, Edy Wuryanto juga mendorong petugas memperketat pengawasan pada orang-orang dengan gejala HMPV.

Jangan Dianggap Remeh

Hal senada disampaikan Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman. Menurutnya, meski tidak seganas COVID-19, HMPV tidak boleh dianggap remeh, terutama bagi kelompok rentan.

"Pertama ya dari sisi usia bayi di bawah 2 tahun dan lansia diatas 65 tahun sangat berisiko, termasuk yang kondisi medis seperti penyakit paru kronis, asma, atau penyakit jantung dan diabetes. Ini juga menjadikan dia beresiko. Selain itu, immuno compromise, ya, seperti orang dengan HIV/AIDS, kanker atau yang menjalani terapi imun," ujar Dicky kepada KBR, Selasa, (7/1/2025).

Dicky Budiman memprediksi, potensi lonjakan HMPV lebih rendah jika dibanding COVID-19. Namun, ia menilai pemerintah tetap perlu sosialisasi menyeluruh tentang HMPV. Sebab, masyarakat masih abai, dan informasi yang salah berpotensi menyebar.

"Yang menjadi tantangan dari pengendalian penyebaran ini adalah dalam kurangnya kesadaran atau tersebarnya hoax, teori konspirasi dan orang menjadi abai, tantangan lain adalah di kita kurang ventilasi. Di sisi lain pemerintah harus meningkatkan surveilans," kata Dicky.

Hingga saat ini belum ada vaksin serta pengobatan spesifik. Pengobatan HMPV biasanya bersifat suportif, seperti menjaga hidrasi, mengelola demam, dan meredakan gejala pernapasan.

Dalam kasus berat, terutama pada kelompok rentan, pasien mungkin memerlukan oksigen tambahan atau bantuan ventilasi.

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!