"Di bulan Maret ini kita sudah sampai pada perencanaan teknis, termasuk penetapan lokasi, kemudian konsep sekolah rakyatnya itu sudah ada, termasuk sedang proses penyusunan Inpres dan cetak birunya."
Penulis: Dita Alyaaulia
Editor: Muthia Kusuma

KBR, Jakarta- Pemerintah Indonesia tengah menggodok program Sekolah Rakyat sebagai langkah strategis untuk meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin. Program ini diharapkan dapat menjadi solusi nyata dalam memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan berkualitas yang merata.
Tim Sekolah Rakyat Martadi, mengungkapkan arahan Presiden menghendaki program ini segera direalisasikan.
"Di bulan Maret ini kita sudah sampai pada perencanaan teknis, termasuk penetapan lokasi, kemudian konsep sekolah rakyatnya itu sudah ada, termasuk sedang proses penyusunan Inpres dan cetak birunya. Sehingga sampai hari ini praktis, ini sudah sampai pada fase yang cukup signifikan. Karena arahan Pak Presiden, ini kan harus sudah mulai jalan di tahun ajaran baru, 2025-2026," ujar Martadi dalam Ruang Publik KBR, Rabu (12/03/2025).
Dalam implementasinya, program ini tidak hanya fokus pada pembangunan sekolah baru, tetapi juga memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada.
"Memang tidak menutup kemungkinan di tahap awal ini masih bersifat piloting, sehingga belum semua wilayah ada. Tetapi yang sudah ada adalah 40 sentra yang dimiliki oleh Kemensos. Di situ tampaknya sudah cukup siap, baik sarana dan sebagainya asrama, dan sebagainya hanya aspek kurikulum, tata kelola, guru, pembiayaan, dan sebagainya yang harus disiapkan betul," tambah Martadi.
Baca juga:
- Pemprov Jatim Siapkan Tiga Percontohan Sekolah Rakyat
- JPPI Tolak Rencana Pemerintah Bangun Sekolah Garuda dan Sekolah Rakyat
Konsep Sekolah Rakyat ini diadaptasi dari sejarah pendidikan masa kolonial, yang bertujuan memberikan akses pendidikan bagi kelompok masyarakat yang kurang beruntung.
"Kata kunci yang hari ini bisa kita ambil sesungguhnya adalah sasarannya sama, yaitu masyarakat yang termarjinalkan, yang miskin, dan perlu mendapatkan perhatian khusus. Lalu kemudian Sekolah Rakyat di saat itu kan, tahun 1946 kan menjadi Sekolah SD sekarang," jelas Martadi.
"Jadi Sekolah Rakyat ini kita ambil karena kita ingin mengambil spirit yang sama. Kalau saat itu Sekolah Rakyat di zaman kolonial dibangun untuk memerangi kolonialisme, kemudian mengatasi buta aksara untuk masyarakat bawah, nah sekarang beda, yang kita atasi bukan penjajahan, tetapi kita sedang menyiapkan generasi terbaik untuk menuju era Indonesia Mas 2045," sambungnya.
Pemerintah juga memberikan perhatian besar pada kualitas pendidikan di Sekolah Rakyat, mulai dari tenaga pengajar hingga sistem pembelajaran.
"Mengingatkan kita bahwa kualitas sekolah itu bukan sekedar sarana, tetapi pada aspek pembelajaran. Dan ujungnya pembelajaran adalah kualitas guru. Karena dalam banyak riset, termasuk John Hattie juga menyatakan bahwa 54-56 persen mutu pembelajaran ditentukan oleh guru. Maka justru ini menjadi masukan yang sangat baik, bahwa jangan sampai nanti sekolah rakyat ini ketika dimunculkan atau didirikan, justru akan menambah jumlah sekolah yang tidak bagus. Tetapi harus betul-betul bagus," ucap Martadi.
Sekolah ini tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga membentuk karakter dan kesiapan sosial anak-anak dari latar belakang ekonomi rendah.
"Dan itulah yang menjadi concern di dalam kurukulum Sekolah Rakyat, salah satu prioritasnya adalah penanganan terkait socio-emosional, bagaimana mengubah mindset mereka, bagaimana membangun kepercayaan diri, membangun semangat, kemudian membangun keinginan untuk berubah dan sebagainya. Sehingga kenapa itu di asrama. Karena harapannya dengan asrama, maka proses pembentukan socio-emosional mereka, soft skill mereka, kemudian karakter mereka, itu jauh lebih efektif," ungkap Martadi.