NASIONAL

Tes Kesehatan Gratis Dimulai Februari, Begini Harapan Masyarakat

Presiden Prabowo memutuskan program ini dimulai Senin, 10 Februari 2025.

AUTHOR / Shafira Aurel, Heru Haetami

EDITOR / Sindu

Google News
Tes Kesehatan Gratis Dimulai Februari, Begini Harapan Masyarakat
Ilustrasi: Petugas medis melakukan skrining kesehatan warga di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Minggu, (10/11/2024). (Foto: ANTARA/Siswowidodo)

KBR, Jakarta- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengeklaim infrastruktur di berbagai wilayah di Indonesia siap digunakan untuk program pemeriksaan kesehatan gratis bagi masyarakat.

Juru bicara Kemenkes, Widyawati mengatakan, Presiden Prabowo memutuskan program ini dimulai Senin, 10 Februari 2025.

Tes kesehatan gratis akan diberikan kepada warga yang berulang tahun, dan berlaku sebulan. Bagi yang berulang tahun Januari, Februari dan Maret, waktu cek kesehatan sampai April.

"Kita melalui media sosial Kemenkes dan juga Ayo Sehat (menggencarkan sosialisasi). Kemudian edukasi setiap hari. Kemudian kita ada persiapan untuk nakesnya ada webinar series. Kemudian koordinasi dengan kementerian dan lembaga yang terkait. Terus kemudian juga koordinasi dengan pemerintah daerah, terutama sosialisasi cek kesehatan gratis ini ke locus-lokus dengan bina wilayah," ujar Wiwid kepada KBR, Jumat, (7/2/2025).

Jemput Bola?

Juru bicara Kemenkes, Widyawati menambahkan program untuk deteksi kesehatan dini ini akan tersedia di 10 ribu puskesmas dan 20 ribu klinik pada awal Februari 2025.

"Sejauh ini kami terus mempersiapkan alat-alat yang harus ada di puskesmas. Jadi berproses terus-menerus untuk misalnya ada puskesmas yang belum ada alat ini maka kita akan kirimkan alat tersebut," imbuhnya.

Pemeriksaan dikelompokkan berdasarkan usia. Kelompok usia dewasa akan diperiksa kadar gula darah, kolesterol, dan tekanan darah.

Tak menutup kemungkinan Kemenkes akan melakukan upaya jemput bola, jika minat masyarakat rendah. Selain itu, Kemenkes juga memiliki strategi khusus untuk daerah tertinggal, terdepan, dan terluar alias 3T.

"Nah, nanti kalau pada saat pemeriksaan ditemukan ada lanjutan, ditemukan harus ada pemeriksaan lanjutan maka akan dilakukan sesuai dengan prosedur BPJS (Kesehatan)," katanya.

Mengapa tes ini dilakukan, karena baru 40-an persen masyarakat telah skrining penyakit tidak menular, sedangkan penduduk dengan usia lebih dari 20 tahun tidak pernah melakukan pemeriksaan.

Negara menganggarkan total 3,2 triliun rupiah untuk program itu dengan target 52 juta penduduk.

Tak Semua Daerah Siap

Di Bandung Jawa Barat, pemeriksaan kesehatan gratis sudah dimulai sejak pekan lalu atau 3 Februari. Tetapi, tak semua daerah siap. Semisal di Puskesmas Pleret, Bantul, DIY.

Ketua Umum Akselerasi Puskesmas Indonesia (Apkesmi), sekaligus kepala Puskesmas Pleret, Bantul, DIY, Santoso Hardoyo mengaku masih mengalami beberapa kendala. Antara lain alat-alat dan sarana kesehatan, serta SDM.

"Untuk saat ini memang di kami di Puskesmas Pleret, Bantul baru pada tahap mendapatkan sosialisasi. Tetapi, persiapannya cukup intens, cuma untuk sampai saat ini saya memandang memang belum cukup siap untuk running PKG. Karena memang pendataan pelaporan itu belum final, dan juga semua peralatan yang dibutuhkan itu tidak semua ada di puskesmas,” ujar Santoso kepada KBR, Jumat (7/2/2025).

Meski demikian, Kepala Puskesmas Pleret, Bantul, Santoso Hardoyo sudah meminta kelengkapan tersebut kepada pemerintah pusat. Namun, ia belum tahu kapan akan menerima bantuan tersebut.

Harapan Publik

Masyarakat berharap program pemeriksaan ini dapat mempermudah akses kesehatan. Oktaviani, ibu rumah tangga di Depok, Jawa Barat, mengatakan, program kesehatan gratis harus disosialisasikan dengan baik.

"Terlebih khusus masyarakat yang menengah ke bawah gitu kan. Terus kalau bisa mungkin pemerintah juga harus bersosialisasi lagi nih, kayak kasih tau nih masyarakat-masyarakat yang mungkin di pedalaman atau bagaimana itu mungkin perlu disosialisasi tentang bagaimana warga masyarakat datang, terus dokumen apa yang perlu dibawa, gitu-gitu, ya," kata Oktaviani kepada KBR, Jumat, (7/2/2025).

"Terus kira-kira kalau misalkan memang ada pemeriksaan, itu tuh ada aturannya nggak sih, aturan jamnya atau segala macam gitu kan. Soalnya takutnya itu kan mungkin BPJS, berbayar maupun tidak berbayar aja, itu kan gimana, ya. Antreannya itu meledak gitu, ya, apalagi dengan adanya program pemeriksaan kesehatan gratis gitu, ya, untuk di seluruh masyarakat di Indonesia," tambah Oktaviani.

Senada, Sherlya Puspita Sari berharap pelaksanaan program ini dibarengi peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan bagi ibu-ibu, terutama pascamelahirkan.

"Karena kan mungkin beberapa orang yang sulit mengakses kesehatan belum tahu nih, kalau saat hamil kita butuh pemenuhan gizinya seperti apa sih. Terus setelah melahirkan pun mungkin ada beberapa ibu-ibu yang butuh pendampingan. Kayak misalnya pendampingan gimana sih cara untuk menyusui yang baik gitu, kan. Beberapa orang mungkin mengalami kesulitan untuk menyusui gitu, terus karena air susunya enggak keluar akhirnya diberikan sufor (susu formula, red), sementara pemberian sufor itu seharusnya dengan rekomendasi dari DSA (doktes spesialis anak)," kata Sherliya kepada KBR, Jumat.

Sosialisasi

Sementara itu, Refi Miranda, perempuan dewasa asal Bogor, Jawa Barat, menilai program kesehatan tersebut baik. Pasalnya, dilakukan mandiri ia mesti mengeluarkan kocek cukup besar.

"Kan di dalam program ini itu salah satunya bisa pemeriksaan mengenai kanker serviks. Menurut saya ini, apalagi untuk perempuan, itu saya merasa senang sih, karena karena kan untuk mendeteksi kanker servik secara dini juga dan program ini membantu perempuan itu untuk lebih awareness tentang kesehatan reproduksinya, tentang kesehatan rahimnya, semacam itu sih," ucap Refi kepada KBR, Jumat.

"Namun, menurut saya program ini pun masih belum sepenuhnya tersosialisasikan, ya, karena yang saya tahu untuk mendapatkan program gratis ini tuh harus dengan meng-install kayak sebuah aplikasi gitu, dan enggak semua orang mungkin bisa mengakses untuk menginstal aplikasi tersebut," imbuh Refi.

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!