NASIONAL

Saran Psikolog untuk Menekan Tren Kasus Bunuh Diri

"Tentunya banyak banget pengaruhnya, bukan hanya kemiskinan atau ekonomi saja."

AUTHOR / Fadli Gaper, Shafira Aurel

Saran Psikolog untuk Menekan Tren Kasus Bunuh Diri
Ilustrasi foto: Pixabay/Creative Commons

KBR, Jakarta - Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Polri mencatat ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sejak Januari hingga Oktober 2023. Angka ini melampaui kasus bunuh diri di 2022 yang jumlahnya 900 kasus.

Salah satu kasus yang menggegerkan masyarakat adalah bunuh diri satu keluarga di Malang, Jawa Timur, 12 Desember lalu. Satu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak perempuan berusia 13 tahun, tewas.

Sedangkan satu anak selamat dan sempat meminta tolong tetangga. Diduga, motif kasus bunuh diri ini karena terjerat utang.

Apa Saran Psikolog?

Psikolog Tika Bisono mengatakan, penyebab bunuh diri di Indonesia didominasi faktor ekonomi. Selain itu, kata dia, ada pula faktor kekurangkreatifan dari negara untuk melibatkan masyarakat untuk saling berbagi dan membantu.

"Tentunya banyak banget pengaruhnya, bukan hanya kemiskinan atau ekonomi saja," kata Tika saat dihubungi KBR, Jumat (15/12/2023).

"Tetapi juga masalah ketahanan pangan, ketahanan keluarga, ketahanan mental itu sendiri."

Tika menambahkan, perundungan dan kekerasan juga menjadi faktor lain yang menyebabkan seseorang memilih mengakhiri hidup.

"Ya sekarang kan Indonesia akrab banget dengan bully sana bully sini, KDRT, kekerasan-kekerasan itu kan menjamur. Itu saja ditangani benar oleh Kementerian PPPA, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, yang bener aja deh. Karena faktor kekerasan itu juga yang menyebabkan dampak bunuh diri itu makin tinggi," sarannya.

Baca juga: Hari Kesehatan Jiwa Sedunia: Sulitnya Mengatasi Angka Bunuh Diri Tinggi

"Jadi udah kondisi kehidupan susah, ketemu dengan kekerasan, masih ketemu dengan ketidakadilan, masih saja ketemu dengan direndah-rendahkan tidak dihormati, tidak dihargai. Jadi kondisi yang sudah sulit kemudian tidak dapat tempat, tidak dapat penghargaan atau bantuan, ya dia pasti akan terpuruk gitu lho."

Menurut dia, dibutuhkan motivasi dari tetangga hingga bantuan dari negara.

"Makanya intervensi sosial ini harus jadi program nasional. Harus. Sudah enggak bisa lagi nanti dulu atau bagaimana dulu, enggak bisa. Dia harus jadi program nasional yang strategis," tandasnya.

Baca juga:

Editor: Wahyu S.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!