NASIONAL

Pneumonia Merebak di Tiongkok, Kemenkes Imbau Warga Waspada

Pneumonia ini bisa menjadi siklus seiring dengan tingginya angka kelahiran dan peningkatan jumlah anak di suatu negara.

AUTHOR / Ardhi Ridwansyah, Hoirunnisa

Pneumonia Merebak di Tiongkok, Kemenkes Imbau Warga Waspada
Ilustrasi anak-anak terkena pneumonia.

KBR, Jakarta– Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan Indonesia berpotensi diterpa kasus pneumonia seperti yang kini marak terjadi di Tiongkok.

Hal itu disebabkan patogen (parasit) saluran pernapasan seperti mycoplasma pneumonia, influenza, respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus serta COVID-19 juga ada di Indonesia.

Terlebih berdasar hasil penyelidikan yang dilakukan pemerintah Tiongkok, kasus pneumonia itu ternyata bukan fenomena baru yang dihasilkan bakteri atau virus baru.

Maka dari itu, kata Dicky, pneumonia ini bisa menjadi siklus seiring dengan tingginya angka kelahiran dan peningkatan jumlah anak di suatu negara. Hal tersebut menimbulkan kerawanan penularan pneumonia di kelompok anak.

“Ini juga yang menyebabkan kekebalan komunal menjadi menurun, selain juga ada faktor penurunan perlindungan dari vaksin termasuk juga disebut dengan utang imunitas ya,” kata Dicky kepada KBR, Selasa, (28/11/2023).

Kata dia, pemerintah mesti melakukan beberapa upaya agar kasus pneumonia yang masif menyerang anak-anak di Tiongkok, tak terjadi di Indonesia. Upaya itu antara lain menggencarkan vaksinasi khususnya pada kelompok anak yang belum divaksin, penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, menggunakan masker.

“Selain itu juga tentu penguatan sistem deteksi, surveillance influenza like illness ini yang ada di fasilitas kesehatan kita, rumah sakit, puskesmas, ini harus juga ditingkatkan sehingga kita bisa mendeteksi peningkatan kasus yang tidak biasa,” ucap Dicky.

Dicky menjelaskan alasan anak-anak rawan terkena pneumonia, yakni karena biasa bergerombol, bermain yang dari kegiatan itu rawan tertular dari percikan air liur ketika bicara, maupun dari batuk dan bersin terlebih jika musim dingin.

Respons Kemenkes

Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merespons kasus pneumonia misterius di Cina, dengan meminta masyarakat tetap waspada, atau lebih bersifat pencegahan.

Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kemenkes, Ngabila Salama menyarankan masyarakat meningkatkan kembali perilaku hidup bersih dan sehat hingga menggunakan masker di keramaian jika sedang sakit.

"Maka perlu kita lakukan kepada masyarakat pencegahan dengan dua cara. Pertama meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Seperti menggunakan masker di keramaian terutama pada yang sedang sakit, juga sebaiknya tidak keluar rumah dulu atau menggunakan masker sekolah atau ruang kerja atau ruang yang indoor," kata Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kemenkes, Ngabila Salama kepada KBR, Selasa, (28/11/2023).

Menurut Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kemenkes, Ngabila Salama untuk pencegahan lebih optimal, masyarakat dianjurkan melakukan vaksin mandiri influenza berbayar. Utamanya untuk masyarakat rentan seperti balita, lansia, ibu hamil, ibu menyusui dan tenaga kesehatan.

"Juga tentunya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, red) lainnya rutin melakukan cuci tangan dengan air mengalir dengan sabun. Yang kedua, imunisasi rutin lengkap pada anak," ujarnya.

Ngabila menjelaskan, imunitas masyarakat akan cenderung menurun saat ada peralihan musim dari kemarau ke musim hujan. Karena, ada faktor kelembaban yang membuat kuman, bakteri hingga jamur mudah masuk ke tubuh manusia.

Ngabila yang juga menjabat sebagai Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta menyebut pemprov bakal terus meningkatkan sistem pelaporan individu dari kasus ISPA dan pneumonia.

"Dinas Kesehatan DKI Jakarta meningkatkan meningkatkan sistem pelaporan individu dari kasus ISPA dan pneumonia. Meningkatkan kewaspadaan di rumah sakit dan puskesmas. Terutama kasus pneumonia pada anak dan di seluruh puskesmas, dan 194 rumah sakit untuk memantau kondisi dan mendeteksi penyakit-penyakit baru dengan pemeriksaan laboratorium," jelas Ngabila.

Sebelumnya, kasus pneumonia misterius saat ini menjangkiti anak-anak di Tiongkok. Ribuan anak dilarikan ke rumah sakit karena mengalami gangguan pernapasan parah.

Baca juga:

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!