NASIONAL

Persiapan Mental Calon Ortu, Sepenting persiapan Fisik dan Materi

Jadi Orang Tua Tuh Jangan Dianggap Remeh

AUTHOR / Tim Disko

Persiapan Mental Calon Ortu, Sepenting persiapan Fisik dan Materi

KBR, Jakarta- Beberapa kali berita soal ibu menyakiti anaknya atau melakukan tindakan yang diduga ada kaitannya dengan gangguan kejiwaan pascamelahirkan naik di media massa. Diantaranya, kasus baby blues tak luput dari pemberitaan.

Melansir laman SehatQ dari Kementerian Kesehatan, baby blues syndrome adalah sindrom yang membuat penderitanya merasa cemas berlebihan dan sedih setelah melahirkan. Sindrom ini cenderung membuat seorang ibu sedih, frustrasi, hingga marah tanpa sebab.

Ini bisa dipicu kelelahan merawat bayi yang baru lahir. Belum lagi bayi baru lahir biasanya memaksa ibu tak tidur semalaman, sehingga energi ibu terkuras nyaris sepanjang hari dan hormon yang turun drastis.

Baca juga:

Bersinggungan dengan Highly Sensitive Person

Fetish, Tak Sekadar Fantasi?

Tak Sekadar Menghindar Interaksi Sosial

Dikatakan, 80 persen ibu baru pernah mengalami sindrom baby blues. Dan yang paling penting, baby blues ini harus segera diatasi, agar tidak berlarut-larut dan meningkat menjadi kondisi yang lebih parah, yakni depresi pascamelahirkan.

Pentingnya Kesiapan Mental untuk Jadi Ibu 

Mungkin sebagian orang ada yang baru belajar parenting waktu bayinya sudah lahir, atau malah tidak merasa perlu belajar sama sekali. Ada juga pandangan bahwa seorang perempuan yang bisa melahirkan sudah mesti mampu jadi seorang ibu.

Padahal, menurut dr. Elvine Gunawan, Sp.KJ selaku Founder dan Lead Psychiatrist di Mental Hub Indonesia, menjadi seorang ibu dan istri memerlukan proses belajar.

Elvine mengatakan, memang seorang bisa secara alamiah mengurus seorang anak. Tapi menjadi ibu yang baik, itu butuh proses belajar.

"Dan paling penting suaminya ikut belajar. Karena kalau kelas yang parenting yang datang tuh emak-emak aja, bapaknya gak pernah datang gitu. Karena fasenya banyak kak, secara biologi manusia tuh punya yang namanya faktor hormonal. Nah pada ibu-ibu yang hamil, proses hormonal itu udah kayak tsunami di badan, turbulensi banget. Terus udah gitu banyak sekali tantangan-tantangan cara mental yang membuat seorang ibu tuh harus siap, bahkan sebelum dia hamil gitu. Makanya kita sebutnya perinatal. Jadi selama sekitar fase kehamilan. Bukan hanya setelah hamil baru siap-siap, sebelum hamil harus sudah siap," ungkapnya.

Elvine pun mewanti-wanti bagi pasangan yang hendak menikah agar tak hanya berfikir soal momen akad nikah saja. Ada banyak yang mesti dipersiapkan, tak cuma sekedar materi, tapi seseorang juga mesti mempersiapkan mental. Apalagi, kalau mau punya anak. Sebab setelah melahirkan, menurutnya, ada lebih banyak tantangannya.

"Tentang baby blues tuh angkanya hampir 60% setiap wanita tuh di hari ketiga, keempat tuh akan mengalami baby blues. Karena secara hormonal estrogen dan progesteron itu turun drastis. Setelah dia melahirkan. Jadi makanya moodnya lebih swing, lebih depresif, lebih gampang nangis, gampang marah tuh terjadi."

Lanjut Elvine, "tapi kalau sudah terlalu dalam, misalnya dia berpikiran sampai menyakiti anaknya, atau misalnya sampai kepikiran, ada beberapa pasien yang berpikiran sampai mau bunuh diri karena merasa takut menjadi Ibu tuh nanti enggak bisa melindungi anak-anaknya, itu sudah harus dibawa ke profesional kesehatan gitu. Jadi baby blues tuh normal, tapi kita sebagai orang tua sebagai calon ibu dan bapak harus tahu, baby blues mana yang sudah harus perlu tatalaksana lebih lanjut gitu."

Kata dr. Elvine Gunawan, Sp.KJ, paling penting tuh menjaga komunikasi, antara pasangan suami istri. Sebab Elvine mengungkap, terkadang sang istri memiliki kecenderungan sungkan mengungkap apa yang dialaminya.

"Pengen cerita padahal, ceritanya juga sepele banget ya. Tetapi kan kadang bapak-bapak cuman gitu "ya", "heem" atau misalnya cuman "oh gitu" kan ada rasa nggak didengar gitu. Jadi kadang kelas-kelas hamil dan lain-lain itu meningkatkan komunikasi antara suami dan istri. Jadi harus ikut, jangan cuma ngedropin aja, terus gua mah nunggu di cafe aja ya. Lu aja yang senam, kan gue mah nggak ngapa-ngapain. Terus dia akhirnya nggak ngerti kalau si ibu tuh ingin didampingin," pungkas Elvine.

Lebih lanjut soal persiapan mental menjadi orang tua, bisa kalian dengarkan di podcast Disko (Diskusi Psikologi) di link berikut ini:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!