NASIONAL

Perempuan Memorialisasi Situs Tragedi Mei 1998

KBR, Jakarta

AUTHOR / Luviana

Perempuan Memorialisasi  Situs Tragedi Mei 1998
memorialisasi, tragedi, mei

KBR, Jakarta – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Pemprov DKI Jakarta) dan Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta Jawa Tengah akan memorialisasi beberapa situs sejarah yang menjadi saksi peristiwa pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dalam peristiwa Mei 1998. Rencana memorialisasi ini akan dilakukan bersama Komnas Perempuan dan LSM Jejer Wadon di Surakarta.

Memorialisasi adalah upaya untuk merawat artefak-artefak dan situs sejarah penyaksi kejadian pelanggaran HAM Mei 1998.

Beberapa situs sejarah yang rencananya akan dimemorialisasikan di Jakarta misalnya: makam Pondok  Rangon yang menjadi lokasi pemakaman massal tragedi Mei, pembangunan prasasti Jarum Mei di Klender, museum reformasi Trisakti dan situs-situs sejarah lain di kota Jakarta terkait peristiwa Tragedi Mei.

Wakil Ketua Komnas Perempuan, Masruchah menyatakan memorialisasi yang digagas Komnas Perempuan bersama Pemprov DKI Jakarta ini merupakan langkah untuk memberikan pendidikan publik, di samping memulihkan hak korban, juga untuk mengupayakan peristiwa serupa tidak berulang di masa depan.

Sedangkan di Surakarta, Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta bersama lembaga Jejer Wadon juga akan melakukan proses memorialisasi situs-situs bersejarah di Surakarta dalam tragedi Mei. Jejer Wadon mengusulkan beberapa situs yang menjadi sejarah Mei seperti makam Bonoloyo Solo maupun Kantor Solo Pos untuk menjadi musem penyaksi sejarah tragedi Mei di Solo.


Koordinator Jejer Wadon, Dewi Chandraningrum menyatakan bahwa selama ini ia sudah bertemu dengan Pemkot Solo. Memorialisasi dalam bentuk situs fisik seperti museum masih terus diusahakan Pemkot Solo, namun Pemkot mendukung memorialisasi dalam bentuk non fisik seperti puisi tragedi Mei, film maupun pementasan teater atau nyanyian.

“ Kalau museum atau artefak masih dalam proses Pemkot Solo, namun kalau buku-buku puisi Wiji Thukul, pementasan puisi dan film tragedi Mei di Surakarta sudah didukung,” ujar Dewi yang dihubungi KBR, Kamis (8/5). Karena menurut Dewi Chandraningrum, memorialisasi tak hanya dalam bentuk fisik namun juga non fisik seperti lagu, nyanyian, film dll.


Walaupun ia berharap memorialisasi dalam bentuk fisik tetap harus dilakukan agar generasi muda bisa melihat sejarah masa lalu kelam yang pernah terjadi di Indonesia.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!