indeks
Pemerintah Diminta Tidak Remehkan Bahaya Virus HMPV

"kebanyakan kasus HMPV ini memang menyebabkan gejala ringan hingga sedang. Namun, pada kelompok rentan seperti bayi dan lansia, gejalanya bisa lebih berat."

Penulis: Hoirunnisa

Editor: Muthia Kusuma

Audio ini dihasilkan oleh AI
Google News
vaksin
Ilustrasi sejumlah anak disuntik vaksin (FOTO: ANTARA)

KBR, Jakarta- Kalangan epidemiolog mengimbau semua pihak tetap mewaspadai virus Human Metapneumovirus (HMPV). Meski tidak seganas COVID-19, HMPV tidak boleh dianggap remeh, terutama bagi kelompok rentan.

Epidemiolog Dicky Budiman mengungkapkan risiko HMPV, faktor-faktor yang meningkatkan kerentanan, serta langkah-langkah pencegahan yang perlu dilakukan.

Simak wawancara jurnalis KBR Hoirunnisa dengan Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman.

KBR: Apa itu Human Metapneumovirus (HMPV)? Apakah benar tidak berbahaya seperti yang dikatakan Kemenkes?

Dicky Budiman: "Virus ini menyerang saluran pernapasan dan menyebabkan gejala mulai dari ringan hingga berat, terutama pada kelompok rentan. Pada beberapa kasus berat, HMPV bisa menjadi bronkitis atau pneumonia. Benar bahwa kebanyakan kasus HMPV ini memang menyebabkan gejala ringan hingga sedang. Namun, pada kelompok rentan seperti bayi dan lansia, gejalanya bisa lebih berat. Terutama bagi mereka dengan defisiensi imun atau gangguan imunitas, HMPV bisa menyebabkan komplikasi yang berat, meskipun jarang. Namun sekali lagi, ini adalah penyakit yang umumnya menyebabkan gejala ringan hingga sedang, dan biasanya penderita masih bisa beraktivitas serta sembuh sendiri dalam 2-6 hari," ucap Dicky kepada KBR, Selasa, (7/1/2024).

Baca juga:

KBR: Apakah ada faktor risiko tertentu yang membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi HMPV? Seberapa besar ancaman jika virus ini menyebar luas?

Dicky Budiman: "Faktor risiko utama adalah usia, yaitu bayi di bawah 2 tahun dan lansia di atas 65 tahun. Selain itu, kondisi medis seperti penyakit paru kronis, asma, penyakit jantung, dan diabetes juga meningkatkan risiko. Orang dengan imunitas rendah, seperti penderita HIV/AIDS, kanker, atau mereka yang menjalani terapi imunosupresif, juga berisiko tinggi.

Jika terjadi lonjakan kasus, kemungkinan besar yang akan memerlukan perawatan di rumah sakit adalah kelompok rentan ini. Namun, sejauh ini saya tidak melihat potensi penyebaran HMPV yang luas seperti demam berdarah atau COVID-19, meski Indonesia memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Penerapan protokol kesehatan seperti 5M dapat menurunkan risiko. Tantangan utama dalam pengendalian penyebaran virus ini adalah kurangnya kesadaran, penyebaran hoaks dan teori konspirasi, serta ketidakpedulian masyarakat. Tantangan lainnya adalah kurangnya ventilasi yang baik di tempat-tempat umum. Pemerintah juga perlu meningkatkan surveilans untuk pengendalian lebih efektif," pungkasnya.

virus HMPV
Epidemiolog
Dicky Budiman
COVID

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...