NASIONAL
Sejumlah Pemain Naturalisasi Timnas Tanpa Klub Dilirik Tim Liga 1, Opsi Rasional atau Karir Mundur?
"Artinya ketika mereka kemudian tidak banyak klub di Eropa yang meminati, ya pilihan mereka kembali ke tanah leluhur karena ternyata kualitasnya, ya kualitas Liga 1," ujarnya

KBR, Jakarta- Sejumlah pemain abroad Timnas sepak bola Indonesia dikabarkan berstatus tanpa klub alias bebas transfer. Beberapa diantaranya kehilangan klub karena kontrak mereka telah habis, sementara yang lain mengalami pemutusan kerja sama oleh pihak manajemen klub.
Saat ini, para pemain tersebut masih menanti kepastian terkait masa depan karir mereka menjelang bergulirnya musim kompetisi baru.
Namun, setelah tak lagi menjadi pilihan utama di klub-klub luar negeri, sejumlah pemain naturalisasi kini ramai diperbincangkan bakal merapat ke Liga 1 Indonesia.
Nama-nama seperti Jordi Amat, Thom Haye, Rafael Struick, hingga Justin Hubner disebut-sebut tengah dipertimbangkan oleh klub-klub Liga 1 untuk memperkuat skuad mereka di musim ini.
Bukan Suatu Kemunduran
Menanggapi hal itu, Pengamat sepak bola dari Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali menilai kembalinya sejumlah pemain naturalisasi ke kompetisi Liga 1 Indonesia tak seharusnya dipandang sebagai kemunduran.
Akmal menegaskan alam dunia sepak bola profesional, perpindahan klub atau liga adalah hal ajar dan tidak ada hubungannya langsung dengan status mereka di Tim Nasional Indonesia.
"Ketika tidak diperpanjang berarti sudah tidak dibutuhkan timnya, jadi tidak ada sebenarnya pengaruhnya kepada main di Tim Nasional Indonesia. Karena timnya sudah tidak Membutuhkan tenaganya lagi, bisa ada faktor-faktor teknis atau faktor usia," kata Akmal kepada KBR, Kamis (19/6/2025).
Akmal mencontohkan, Thom Haye disebut sudah mulai dipengaruhi oleh faktor usia, sedangkan pemain seperti Shayne Pattynama dan Rafael Struick tidak lagi cocok secara strategi dengan tim mereka.
Liga 1 Bisa Jadi Opsi Rasional
Menurut Akmal, Ketika klub Eropa sudah tidak berminat, kembali bermain di liga 1 menjadi opsi rasional.
"Artinya ketika mereka kemudian tidak banyak klub di Eropa yang meminati, ya pilihan mereka kembali ke tanah leluhur karena ternyata kualitasnya, ya kualitas Liga 1," katanya.
Selain itu, Akmal mengatakan bahwa pemain sepak bola pada akhirnya kan memilih bermain di mana mereka bisa mendapatkan kontrak dan jam bermain.
"Karena kan mereka butuh bermain untuk mendapatkan gaji, pemain bola kan pilihannya adalah siapa yang meminati, dapat gaji, mereka pasti ambil. Sama aja di Liga 1 ketika di Liga 1 tidak minati pasti mereka turun ke Liga 2 Ketika Liga 2 sudah tidak minati, mereka turun ke Liga 3, artinya kan ini kan faktor siklus karir seorang pemain bola," ungkapnya.

Hanya Pemain Abroad yang Layak Masuk Timnas?
Akmal juga menepis anggapan bahwa hanya pemain Eropa yang layak masuk Timnas. Ia menilai, performa di Liga 1, seperti Ricky Kambuaya dan Rizky Ridho juga bisa menjadi parameter kuat untuk pemanggilan pemain ke Timnas.
Akmal pun mengkritisi ekspektasi publik yang terlalu tinggi terhadap pemain naturalisasi.
"Kita menganggap misalnya Rafael Struick ini skillnya mirip dengan Messi gitu kan, standar mereka kan memang mereka, sebenarnya naturalisasi kan, itu delusional gitu kan, mereka yang tidak dipakai di negara asalnya, ketika mereka nggak dipakai di Belanda mereka untuk menjaga karir mereka,” ujarnya.
“Ya agar bisa punya prestasi Main di Tim Nasional, mereka pasti memilih untuk negara lain yang mereka punya peluang ke sana,” tambahnya.
Kuncinya Terus Aktif Bermain dan Kompetitif
Menurutnya, karir pemain sepak bola tidak selalu harus berada di liga bergengsi. Pemain bisa berkarir di mana saja selama mereka tetap aktif bermain dan mampu bersaing secara kompetitif.
Ia mencontohkan Lionel Messi, meskipun kini bermain di Liga Amerika Serikat yang dinilai tidak setara dengan liga-liga top Eropa, ia tetap memenuhi standar tim nasional karena pencapaiannya dan performa yang masih terjaga.
"Jadi kita tidak bisa mendikte karir orang, karena masing-masing pasti karirnya akan pasang surut juga, tergantung penampilannya," tutupnya.
Mengutip dari Tempo.co, sejumlah pemain diaspora Timnas Indonesia tak memiliki klub hingga Rabu, 18 Juni 2025. Kontrak pemain berakhir seiring selesainya musim kompetisi 2024/2025. Kelima pemain naturalisasi ini belum memiliki klub.
Kelima pemain masih berada dalam radar rumor transfer pemain sembari menunggu kejelasan kesepakatan dengan klub baru. Berikut lima pemain naturalisasi timnas Indonesia yang kontraknya telah tuntas atau selesai hingga 30 Juni 2025.
Thom Haye
Gelandang serang timnas Indonesia ini salah satu pemain naturalisasi berdarah Belanda-Indonesia yang rutin bermain sebagai starter di skuad Garuda. Bersama gelandang jangkar Joey Pelupessy, Haye adalah andalan dalam soal distribusi bola untuk membangun serangan.

Kontraknya dengan klub Almere City yang terdegradasi dari Eredivisie berakhir pada 30 Juni. Saat ini, pemain berusia 30 tahun itu berstatus bebas transfer. Klub Liga 1 Persija Jakarta disebut-sebut berminat, meski belum ada pernyataan resmi dari klub berjuluk Macan Kemayoran itu.
Justin Hubner
Pemain yang rutin menjadi starter di timnas Indonesia lainnya adalah bek Justin Hubner. Saat ini pemain berusia 21 tahun itu berstatus bebas transfer setelah kontraknya habis di Wolves U-21 pada 30 Juni 2025.

Selama menjalani karier di Wolves, Hubner tercatat menjalani pertandingan sebanyak 15 kali. Bek muda yang sempat memperkuat Cerezo Osaka ini juga disebut-sebut tengah diincar klub Liga 1 meski sebetulnya masih dianggap layak mengembangkan karier di klub Eropa.
Rafael Struick
Sebagaimana nasibnya di timnas Indonesia yang mulai jarang diturunkan sebagai starter, Struick juga jarang bermain bersama klubnya di divisi utama Australia, Brisbane Roar. Penyerang berusia 22 tahun itu tercatat hanya bermain 10 kali di klub selama satu musim dengan mencetak satu gol.

Klub Liga 1 Bali United digadang-gadang berminat memboyong Struick ke Pulau Dewata, meski belum ada pernyataan resmi dari klub. Pemain berusia 22 tahun itu dinilai butuh menit bermain lebih di klub agar bisa tetap bersaing di posisi starter penyerang timnas Indonesia.
Jordi Amat
Bek timnas Indonesia yang lebih dulu membela skuad Garuda lewat proses naturalisasi ini kini akan menghabiskan kontraknya bersama klub Malaysia Johor darul Ta’zim. Ia juga kini jarang bermain sebagai starter di timnas Indonesia karena kalah bersaing dengan pemain seperti Jay Idzes, Rizki Ridho, Justin Hubner, Calvin Verdonk, dan Kevin Diks.

Dua klub besar Persija Jakarta dan Persib Bandung ditengarai berminat dengan bek berusia 33 tahun ini. Namun, rumor lain menyebut mantan pemain Swansea City itu bakal kembali berkarier di Spanyol.
Shayne Pattynama
Shayne Pattynama berstatus tanpa klub setelah kontraknya diputus klub asal Belgia KAS Eupen. Seharusnya, kontrak Shayne berakhir pada 30 Juni 2026. Pemain berusia 26 tahun itu rutin masuk dalam skuad Garuda meski belakangan jarang sekali bermain sebagai starter.

Rumor beredar dari klub Thailand Buriram United yang berminat memboyongnya. Selain itu klub Bhayangkara FC juga digadang-gadang tertarik dengan Pattynama setelah klub itu kembali promosi ke Liga 1. Pattynama sendiri belum memutuskan dan mengumumkan ke publik perihal akan berlabuh ke klub mana lagi setelah hengkang dari KAS Eupen.
Nathan Tjoe-A-On
Setelah bergabung dengan Swansea City sejak 2023, Nathan dipastikan meninggalkan klub asal Wales. Kontrak Nathan bersama Swansea sebenarnya masih tersisa hingga 2026.

"Swansea City mengonfirmasi bahwa Nathan Tjoe-A-On telah meninggalkan klub setelah pemutusan kontraknya melalui kesepakatan bersama," demikian pernyataan resmi Swansea City.
"Pemain internasional Indonesia berusia 23 tahun itu bergabung dengan Swans dari klub Belanda Excelsior pada musim panas 2023, dan masih memiliki sisa kontrak satu tahun yang ditandatanganinya saat tiba di SA1. Kami mendoakan Nathan yang terbaik dalam kariernya di masa depan."
Baca juga:
- Laga Timnas Melawan Cina Jadi Pembuktian Kualitas Pemain Liga 1
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!