NASIONAL

PBHI: Cuci Dosa, Pertemuan Keluarga Korban Kasus 98 dan Elit Gerindra

Memang sengaja dikemas sepertinya untuk memang mencuci dosa, sebelum nanti pelantikan terjadi di Oktober itu.

AUTHOR / Astri Yuanasari

EDITOR / R. Fadli

Korban penculikan 97-98
Silaturahmi elit Gerindra Sufmi Dasco Ahmad dan Habiburokhman dengan keluarga orang hilang 98 dan aktivis 98, Minggu (4/8/2024). (Doc)

KBR, Jakarta - Sekretaris Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI Nasional) Gina Sabrina menilai, ada skenario sistematis yang dijalankan dalam pertemuan aktivis dan keluarga korban kasus penculikan 98 dengan elit Partai Gerindra, pada Minggu (4/8/2024) lalu.

Gina menyebut, pertemuan tersebut dikemas dan mencoba mengafirmasi bahwa sudah terjalin hubungan baik antara pelaku dan korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).

Padahal menurutnya, pertemuan tersebut adalah upaya pembungkaman korban.

"Kita juga mendengar ada tanda kasih yang diberikan dalam pertemuan tersebut. Tapi dari tiga peristiwa tersebut sebenarnya kita melihat, ada upaya sistematis yang dilakukan untuk membungkam korban. Dan itu juga bagian tadi ada cuci tangan, lalu kemudian ada yang bilang ada transaksional terhadap peristiwa tersebut, yang memang sengaja dikemas sepertinya untuk memang mencuci dosa, sebelum nanti pelantikan terjadi di Oktober itu yang harus kita garis bawahi," kata Gina dalam konferensi pers PBHI, Rabu (7/8/2024).

Sekretaris PBHI Nasional Gina Sabrina mengatakan, keluarga korban tetap mendorong penuntasan pelanggaran HAM berat sesuai hukum yang berlaku.

Menurutnya, apapun yang terjadi dalam forum pertemuan tersebut, sama sekali tidak sesuai dengan proses atau mekanisme penyelesaian pelanggaran HAM berat masa lalu.

"Dan itu menjadi preseden yang sangat buruk bagi negara terhadap kasus-kasus, baik kasus tersebut, maupun kasus pelanggaran HAM berat lainnya," imbuhnya.

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!