NASIONAL

Menteri KKP Wahyu Trenggono: Penangkapan Bebas Ancam Populasi Ikan

"Kalau sampai suatu saat cara pengambilan yang sebebasnya itu dilakukan, semakin hari semakin menipis, populasi (ikan) semakin berkurang."

AUTHOR / Ardhi Ridwansyah

Menteri KKP Wahyu Trenggono: Penangkapan Bebas Ancam Populasi Ikan
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (31/5/2023). (Foto: KKP)

KBR, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengaku khawatir dengan banyaknya aktivitas penangkapan ikan secara bebas di perairan Indonesia. Menurut dia, aktivitas penangkapan bebas mengancam populasi ikan.

Berdasarkan hasil kajian Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan (Komnas Kajiskan), ada 12,5 juta ton ikan bereproduksi setiap tahun. Tapi perkembangbiakan itu terancam akibat ulah penangkapan bebas yang turut mengambil bibit-bibit ikan.

"Tetapi cara pengambilannya tak teratur dengan baik, jadi semua ambil sebebas-bebasnya. Saya hanya berpikir bagaimana generasi berikutnya nanti kalau sampai suatu saat cara pengambilan yang sebebasnya itu dilakukan, semakin hari semakin menipis, populasi (ikan) semakin berkurang,” kata Sakti dalam acara Hari Ikan Nasional 2023 dipantau lewat kanal Youtube Kementerian Kelautan dan Perikanan, Selasa (21/11/2023).

Dia mengatakan telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 2023 agar penangkapan ikan bisa dilakukan secara terukur, tidak serampangan ditangkap.

"PP 11 Tahun 2023 telah terbit, yang jelas di situ kami ingin meninggalkan zaman jahiliah dalam hal penangkapan ikan di laut secara bebas, tetapi kita ingin menangkap ikan dengan cara-cara yang beradab agar populasi ikan kita tetap terjaga dengan baik untuk kesejahteraan dan keselamatan bagi umat manusia dan generasi kita yang akan datang," jelas Sakti.

Baca juga:

Selain itu, kementeriannya juga akan mencanangkan program budidaya perikanan baik di darat, pesisir, maupun laut. Menurut Sakti, budidaya perikanan juga menjadi cara untuk menekan penangkapan bebas ikan di laut.

"Budidaya harus kita naikkan setinggi mungkin agar bisa mengalahkan negara lain, contohnya Norwegia cuman satu komoditi namanya salmon. Dia menguasai pasar yang nilainya ratusan triliun. Pasar salmon itu tidak kurang dari 30 miliar dolar, Norwegia melakukan riset kurang lebih 50 tahun, Indonesia kapan? Pakannya saja impor, 100 persen pakan kita itu impor,” katanya.

Dia juga ingin mendorong pengetatan pengawasan dan penjagaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

"Ini juga penting karena itu jadi bagian dari ekologi yang harus kita jaga agar tidak rusak akibat maraknya kepentingan ekonomi, khususnya sektor pariwisata laut," tuturnya.

Dia memberi contoh Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara, yang dulu terkenal dengan keindahan terumbu karangnya. Namun kata dia, taman itu kini sepi dari kunjungan wisatawan.

“Contohnya Bunaken, Bunaken dulu tahun 2009 begitu luar biasa, sekarang orang udah enggak ada yang mau pergi ke Bunake karena rusak," ujarnya.

Editor: Wahyu S.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!