Article Image

NASIONAL

Mental Hack untuk Kontrol Revenge Spending

"Revenge spending sebagai kompensasi dari keinginan berbelanja yang tertunda. Jika tidak diantisipasi bisa berdampak ke kesehatan mental"

KBR, Jakarta - Pernah kalap check-out barang begitu punya uang? atau travelling berjilid-jilid setelah pandemi? Hati-hati! Bisa jadi kamu terjangkit revenge spending yang kebablasan.

Menurut psikolog klinis dari Personal Growth, Mutiara Maharini, belum ada diagnosis khusus tentang revenge spending. Namun, perilaku ini bisa masuk kategori compulsive spending.

“Itu (compulsive spending) ketika kita melakukan pembelian yang tujuannya untuk mendapatkan rasa emosi positif secara instan dan menghindari emosi negatif,” jelas perempuan yang kerap disapa Mahari itu.

Fenomena revenge spending terlacak marak usai dicabutnya pembatasan sosial berskala besar. Banyak orang mencari kompensasi atas keinginan belanja yang tertunda selama pandemi.

"Zaman sekarang, apalagi kelas menengah, banyak terpengaruh lifestyle. Pengin nunjukkin kekayaan, status sosial, apalagi habis pandemi, 'aku tetap oke kok finansialnya'. Akhirnya membuat revenge spending makin menjadi" tutur Mahari. 

Mahari bilang, revenge spending merupakan gangguan jika mulai memengaruhi makan, tidur, produktivitas, sampai relasi. Di tahap ini belanja dianggap jadi satu-satunya cara untuk bahagia. Alhasil, besaran nominal yang dihabiskan sulit dikontrol. 

Baca juga:

Tips Manage Bujet saat Long Distance Marriage

Pacaran, Boleh. Bikin Bokek, Jangan!

Psikolog klinis Personal Growth, Mutiara Maharini menyebut revenge spending muncul, salah satunya karena manusia ingin bebas mengontrol hidup dan urusan kantongnya. Hal itu terlihat saat era pandemi yang penuh restriksi, berakhir. (Foto: Dok pribadi)

Tak jarang revenge spending bertujuan semata mengejar dopamine rush. Padahal, efek kebahagiaannya cuma sekejap. Yang muncul kemudian malah perasaan bersalah. 

“Sejak kita udah bayar, itu level (dopamine)-nya turun, turun, turun. Jadi habis kita beli, kita ngerasa, ‘hah, kok ternyata gini aja ya?’” kata Maharini.

Untuk lepas dari belenggu revenge spending, penting banget berpegangan pada rencana dan tujuan keuangan yang sudah dibuat. Bertahanlah dari aneka godaan spending, seperti diskon tanggal cantik. 

Nah, jika tetap ingin spending, Mahari merekomendasikan untuk mengarahkannya pada produk yang menawarkan experience. Kamu bisa mendapatkan emosi positif dengan durasi lebih panjang. Kesehatan mental dan finansial bakal terjaga.

“Karena kita bisa ketemu orang baru, belajar hal baru, dan kita bisa nemuin banyak pengalaman yang bermakna,” tutur Maharini.

Nah, tapi kalau kamu merasa berat banget mengatasi revenge spending, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional ya. 

Dengarkan Uang Bicara episode Mental Hack untuk Kontrol Revenge Spending bersama psikolog klinis dari Personal Growth, Mutiara Maharini di KBR Prime, Spotify, Apple Podcast, dan platform mendengarkan podcast lainnya.