NASIONAL

Mendikdasmen Ungkap Strategi Tekan Angka Putus Sekolah

Dengan memperluas akses pendidikan, diharapkan angka putus sekolah dapat ditekan, terutama bagi anak-anak yang terkendala oleh jarak, biaya, atau kondisi khusus.

AUTHOR / Muthia Kusuma Wardani

EDITOR / Agus Luqman

Sekolah
Dua siswa berangkat ke sekolah menggunakan rakit dari pohon pisang saat banjir di Kroya, Cilacap, Jateng. (9/12/2016) (FOTO: ANTARA)

KBR, Jakarta - Pemerintah mengungkapkan rencana strategis untuk memperluas akses pendidikan bagi seluruh anak Indonesia. 

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti, menjelaskan terdapat dua pendekatan utama yang akan dilakukan. Pertama, menggeliatkan kembali pendidikan non-formal dan kedua, pengembangan rumah belajar.

"Kita akan menghidupkan lagi pendidikan non-formal, karena itu menjadi bagian penting dalam kita memberikan dan membuka akses pendidikan untuk semua. Yang kedua, rumah belajar. Itu nanti bentuknya bisa kita lakukan dalam berbagai pendekatan, bisa inisiatif dari masyarakat membentuk rumah belajar sebagai bagian dari pendidikan non-formal, bisa juga mungkin bentuknya rumah-rumah belajar kita selenggarakan di tempat-tempat, sekolah-sekolah formal," ucap Mu'ti kepada wartawan di Jakarta, Senin, (29/10/2024).

Abdul Mu'ti, berharap dengan adanya rumah belajar, anak-anak dapat lebih mudah mengakses pendidikan dan mendapatkan haknya sebagai generasi penerus bangsa.

"Ini adalah salah satu upaya kita untuk menekan angka putus sekolah," tegas Mu'ti.

Baca juga:

Abdul Mu'ti mengakui masih banyak anak Indonesia, terutama di daerah terpencil, yang kesulitan mengakses pendidikan berkualitas. 

Oleh karena itu, ia memastikan berbagai opsi dan program akan terus dikembangkan untuk memastikan semua anak mendapatkan kesempatan belajar yang sama.

"Sebagian juga karena alasan ya domisili ya, kan kita sering ya mendapatkan kiriman video-video masyarakat yang menggambarkan betapa susahnya perjuangan anak-anak kita untuk bisa bersekolah," ungkapnya.

Mu'ti juga menyoroti pentingnya program sekolah inklusi untuk memperluas akses pendidikan. Ia mengakui program ini belum berjalan secara maksimal, sehingga perlu ada upaya lebih lanjut untuk memastikan anak-anak dengan kebutuhan khusus juga dapat memperoleh pendidikan yang layak.

"Anak-anak yang mempunya disabilitas atau keterbelakangan dalam belajar ini memang harus ditreatment secara khusus. Karena program inklusi yang sekarang berjalan kan belum maksimal," imbuhnya.

Tak hanya itu, ia juga menyoroti angka putus sekolah akibat kurangnya kemampuan finansial.

"Bagaimana agar semua anak di Indonesia, apapun keadaannya mereka tetap bisa belajar," pungkasnya.

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!