NASIONAL

Membaca Kisah Pilu Anak Timor Timur

Mengingatkan akan PR yang belum usai antara Indonesia dan Timor Leste

AUTHOR / Citra Dyah Prastuti

Membaca Kisah Pilu Anak Timor Timur
Timor Leste, anak-anak, konflik Timor Timur, Jajak Pendapat 1999, anak korban konflik

Apa yang Anda tahu tentang konflik Timor Timur? 


Yang jadi pengetahuan umum banyak orang adalah bahwa Timor Timur pernah jadi provinsi ke-27 Republik Indonesia. Dan pada tahun 1999 digelar Referendum yang menjadi saksi berpisahnya Timor Timur menjadi sebuah negara independen. Lalu negeri merdeka itu berubah nama menjadi Timor Leste. 


Peneliti dari University of Queensland, Australia, Helene van Klinken membuka lembaran lain di balik apa yang terjadi di Timor Timur. Buku berjudul “Anak-anak Tim-Tim di Indonesia: Sebuah Cermin Masa Kelam” menyajikan kisah ribuan anak Timor Timur yang dipindahkan ke Indonesia pada rentang 1975-1999. Buku ini diluncurkan hari ini (Senin, 20/1) didukung oleh Lembaga Sutdi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM). 


Empat ribu anak 


Penelitian Helene menunjukkan kalau ada sekitar empat ribu anak Timor Timur yang dipindahkan ke Indonesia pada masa pendudukan Indonesia (1975-1999). Anak-anak dibawa tentara, polisi atau orang biasa asal Indoensia, untuk diadopsi. Ada juga yang dikirimkan ke panti-panti asuhan di Indonesia oleh pemerintah dan organisasi keagamaan. 


Soal pemindahan paksa anak-anak ini tercantum juga dalam “Chega!” hasil laporan Komisi untuk Penerimaan, Kebenaran dan Rekonsiliasi di Timor Leste (CAVR) yang disusun pada akhir 2005. Satu bagian kecil dari laporan setebal 2500 halaman itu yang menyebutkan kalau anak-anak di Timor Leste menderita banyak pelanggaran hak asasi manusia, termasuk di antaranya pemindahan paksa. 


Helene sebagai peneliti juga pernah bekerja sukarela pada CAVR pada 2003. Saat itulah ia menyadari ada “sifat sistematis” dari pemindahan anak-anak Timor Timur di Indonesia. 


“Saya senang karena buku ini berhasil terbit persis 10 tahun setelah penelitian saya,” kata Helene sembari tersenyum. 


Dari sampul bukunya saja, terasa jika Helene hendak  menyajikan kisah yang berbeda. Di muka buku tampak foto kuno, dengan bekas presiden Soeharto dan istrinya, Tien Soeharto sedang tersenyum, dan di depannya ada 20 anak Timor Timur. Foto ini dimuat di Surat Kabar Pelita pada 5 September 1977. Pertemuan di rumah Soeharto di Jl. Cendana. 


Anak-anak ini dibawa ke Indonesia oleh salah satu yayasan milik Soeharto pada akhir 1970-an. Mereka dibawa ke Pulau Jawa untuk diasuh dan disekolahkan. Lantas mereka dibawa ke rumah Soeharto untuk diterima. Seperti ditulis Helene dalam bukunya,”Ini adalah pertemuan yang sangat simbolis yang dipanggungkan untuk media Indonesia.”


Dan ada banyak cara lain yang dipakai untuk memindahkan anak-anak Timor Timur ke Indonesia. 

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!