NASIONAL

Masyarakat Adat Papua Desak PSN Food Estate di Merauke Dihentikan

"Proyek ini datang, merusak dan merampas hutan kami, tanpa mengetahui kami sebagai pemilik."

AUTHOR / Astri Yuanasari

EDITOR / Muthia Kusuma

food estate
Foto udara sawah ekstensifikasi lahan untuk program food estate di Kalteng, Sabtu, (8/10/2022) (FOTO:ANTARA/Makna Zaezar)

KBR, Jakarta-  Belasan masyarakat adat dari Malind dan Yei, Merauke, Papua kembali menegaskan penolakan terhadap proyek food estate atau lumbung pangan di Merauke. Salah satu perwakilan masyarakat adat yang juga orator aksi menegaskan proyek strategis nasional (PSN) dan perkebunan tebu serta bioetanol seluas 2 juta hektare  itu merusak rimba terakhir Papua dan merampas hak-hak mereka.

Dalam aksi damai hari ini (16/10/2024), masyarakat adat mendesak pemerintah untuk menghentikan proyek tersebut dan melakukan dialog yang lebih inklusif dengan masyarakat adat.

"Proyek ini datang, merusak dan merampas hutan kami, tanpa mengetahui kami sebagai pemilik. Dan karena ini kami bawa (petisi) dari tanah Malind, Boven Digoel," kata Orator aksi di depan Kemhan, Rabu (16/10/2024).

Belasan masyarakat adat dari Malind dan Yei didampingi Solidaritas untuk Merauke menyerahkan petisi keberatan kepada perwakilan Kemhan, Namun, beberapa peserta harus tertahan selama beberapa waktu diluar karena dihalangi oleh aparat kepolisian.

Baca juga:

Kawasan yang digarap terdiri dari lima klaster dan tersebar di 13 wilayah distrik. Keseluruhan lokasi proyek food estate PSN Merauke berada pada wilayah adat masyarakat adat Malind, Maklew, Khimaima dan Yei. Diperkirakan lebih dari 50 ribu penduduk asli yang berdiam di 40 kampung sekitar dan dalam lokasi proyek akan terdampak dari proyek PSN Merauke.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!