NASIONAL

Longsor Pekalongan, Evaluasi Sistem Penanganan Bencana

Bencana banjir disertai longsor di Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah beberapa hari lalu merenggut nyawa puluhan orang. Sejumlah orang masih hilang.

AUTHOR / Ardhi Ridwansyah

EDITOR / Agus Luqman

Longsor Pekalongan, Evaluasi Sistem Penanganan Bencana
Dua mobil rusak berat akibat longsor di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Foto diambil Rabu (22/1/2025). (Foto: ANTARA/Harviyan Perdana Putra)

KBR, Jakarta - Bencana banjir disertai longsor di Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah beberapa hari lalu merenggut nyawa puluhan orang. Sebanyak 20 jenazah dievakuasi dari lokasi longsor di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Pekalongan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Bergas Catur mengatakan evakuasi terus dilakukan lantaran masih ada sejumlah orang hilang.

"Pencarian korban, serta evakuasi jalur dan membuka jalan menggunakan alat berat, yang meninggal 20 dari awal 17, dalam pendataan hilang 8 orang dan luka 13 orang," kata Bergas, Rabu (22/1/2025).

Selain korban tewas, bencana alam di Pekalongan juga menyebabkan belasan orang luka. Longsor juga memutus akses ke wilayah terdampak longsor dan merusak sejumlah infrastruktur.

Kepala Basarnas Kelas A Semarang, Budiono menyebut saat ini Tim SAR gabungan masih terus mencari korban longsor lain di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Pekalongan.

"Ada empat sektor yang kita lakukan pencarian yaitu sektor pertama kita lakukan di aliran air yang menuju ke sungai Welo, kemudian di rumah pak Carik, kemudian di kafe Alo, dan kolam pemancingan. Kemudian juga kami akan menyisir sungai Welo yang kami curigai korban terbawa ke aliran sungai tersebut," kata Budiono kepada wartawan, Rabu, (22/1/2025).

Pencarian korban longsor di Pekalongan terkendala intensitas hujan yang tinggi dan jalanan rusak.

Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor SAR Semarang, Mulwahyono mengatakan kondisi itu membuat tingkat kesulitan pencarian menjadi sangat tinggi.

“(Karena hujan) sengaja kita stop pencariannya. Karena kita tahu dengan adanya hujan tentu potensi potensi kejadian longsor susulan itu bisa saja terjadi. Nah ini kita hindari. Kendala yang berikutnya tentunya terkait dengan lokasi kejadian maupun lokasi area pencarian yang lumayan jauh dari posko gabungan mbak. Ini kurang lebih 4 kilometer ya jaraknya. Nah untuk akses ke sana itu kita lakukan dengan jalan kaki serta kesulitan lain itu untuk loading peralatan," ujar Mulyahyono kepada KBR, Rabu (22/1).

Baca juga:

Minim alat berat

Bupati Pekalongan Fadia Arafiq mengakui evakuasi korban terkendala minimnya alat berat.

"Alat-alat berat yang kita datangkan disini baru bisa masuk satu alat berat. Yang lainnya memang di Kabupaten Pekalongan kita alat beratnya ini terbatas, kita punya hanya tiga. Tapi ini karena sebelas yang kena kecamatan, yang kena bencana, sehingga tiga itu diputar sana, diputar sini," kata Fadia dalam Konferensi pers, Rabu, (22/1/2025).

Selain alat berat, pemerintah Kabupaten Pekalongan juga membutuhkan tambahan perahu karet, truk, kendaraan operasional dan logistik, untuk menunjang proses evakuasi.

Bencana longsor di Pekalongan ini memaksa ratusan orang mengungsi. Namun, mereka kekurangan tenda. Pemerintah daerah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari.

Pakar kebencanaan dari Indonesian Speleological Society (ISS), Petrasa Wacana mengatakan bencana di Pekalongan harus menjadi perhatian khusus, serta kehati-hatian tim operasi SAR.

“Dalam penanganan darurat bencana, yang paling diprioritaskan adalah bagaimana masyarakat yang terdampak yang masih selamat untuk mendapatkan pertolongan dengan segera dan mendapatkan standar pelayanan minimal yang bisa dipenuhi di masa emergensi. Siapapun yang berpartisipasi dalam operasi SAR, Tim SAR, Relawan SAR, Organisasi Relawan, tentu harus berkoordinasi dengan Basarnas dan BPBD setempat yang sudah memiliki tugas dan fungsi dan memiliki standar operasi yang jelas,” ujar Petrasa kepada KBR, Rabu (22/1/2025).

Petrasa Wacana mengingatkan agar peringatan kebencanaan ditingkatkan. Misal imbauan informasi cuaca dari BMKG, dan edukasi kebencanaan bagi masyarakat.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB mencatat selama Januari 2025, terjadi 170 kali kejadian bencana alam yang didominasi banjir.

Juru bicara BNPB Abdul Muhari mengingatkan potensi banjir dan longsor masih perlu diwaspadai hingga Maret mendatang.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!