NASIONAL

Ketimpangan Relasi Gender Memengaruhi Kesehatan Perempuan Indonesia

Situasi tersebut membuat akses perempuan terhadap kesehatan menjadi lemah.

AUTHOR / Hoirunnisa

Ketimpangan Relasi Gender Memengaruhi Kesehatan Perempuan Indonesia
Ilustrasi: Koalisi Perempuan Kalteng saat aksi memperingati Hari Perempuan Internasional di Taman Pasuk Kameloh, Palangka Raya, Minggu, (12/03/23). (Antara)

KBR, Jakarta- Ketimpangan relasi gender yang tinggi menjadi salah satu penyebab yang memengaruhi kondisi kesehatan perempuan Indonesia. 

Kondisi itu disampaikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) di webinar tentang: "Empowering Women to Take Control of Their Health" di Jakarta, Rabu, 23 Agustus 2023.

Menurut Deputi bidang Kesetaraan Gender, KemenPPPA, Lenny Nurhayanti Rosalin, bentuk ketimpangan itu antara lain soal tuntutan pengasuhan dan perawatan keluarga yang sebagian besar dibebankan kepada perempuan. Situasi tersebut membuat akses perempuan terhadap kesehatan menjadi lemah.

"Kerap kali perempuan menomorduakan kesehatan dirinya demi kepentingan keluarga. Ketimpangan relasi gender. Selain itu juga diskriminasi ini sering terjadi, melemahkan akses perempuan. Mau pergi ke dokter entar nunggu suami dulu, mau ini entar dulu nunggu suami. Nah, inilah yang menyebabkan banyaknya kasus tersebut banyak terdeteksi pada stadium lanjut," ujar Deputi bidang Kesetaraan Gender, KemenPPPA, Lenny Nurhayanti Rosalin pada kanal YouTube Kemen PPPA, Rabu, (23/8/2023).

Kesadaran Diri

Deputi bidang Kesetaraan Gender, Lenny Nurhayanti Rosalin menambahkan, selain ketimpangan gender, juga dipengaruhi faktor kesadaran diri dari penderita. Padahal, perempuan Indonesia rentan mengidap kanker payudara yang memengaruhi kualitas hidup. Namun, faktanya masih banyak perempuan yang takut memeriksakan diri.

Deteksi dini penting untuk mendapat penanganan yang optimal. Semakin dini penanganan, semakin terjaga indeks pembangunan manusia di Indonesia.

Ia mengungkapkan, berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2020, perempuan menjadi kelompok terbanyak terdeteksi kanker payudara dengan diagnosis stadium lanjut.

Lenny Nurhayanti Rosalin mencatat pada 2020, jumlah kasus baru kanker payudara di Indonesia mencapai lebih dari 68 ribu atau 16,6 persen dari total 396 ribu kasus baru kanker. Jumlah kematian akibat kanker payudara mencapai lebih dari 22 ribu jiwa.

Sementara pada 2020, menurut WHO terdapat 2,3 juta kasus baru kanker payudara di seluruh dunia. Jumlah tersebut menjadikan kanker payudara menjadi penyakit yang paling umum diderita perempuan di dunia.

Indeks Pembangunan Manusia

Lenny mengungkapkan, kesehatan menjadi salah satu penunjang dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Selama 12 tahun IPM Indonesia berada di ranking 107 dari 189 negara.

Lenny mendorong perempuan melakukan deteksi dini untuk mendapat penanganan yang optimal. Semakin dini penanganan, semakin terjaga IPM di Indonesia.

Pada Global Gender Gap Index (GGGI) selama 2020 hingga 2022, menunjukan perempuan yang paling banyak mengalami masalah baik kesehatan hingga ekonomi. Rankingnya Indonesia menempati 92 dari 146 negara di 2022.

Baca juga:

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!