NASIONAL

Kemendagri: Membangun Sistem Keamanan Data Butuh Biaya Rp35 M

Biayanya cukup besar sampai Rp35 M kita gunakan khusus untuk membangun sistem database mulai tahun ini.

AUTHOR / Shafira Aurel

Kemendagri: Membangun Sistem Keamanan Data Butuh Biaya Rp35 M
Ilustrasi - Kebocoran Data. ANTARA/Shutterstock/am.

KBR, Jakarta - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyebut membangun sistem perlindungan data membutuhkan biaya besar. Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kemendagri Teguh Setyabudi mengatakan, biaya yang dibutuhkan mencapai Rp35 miliar.

"Kami lakukan pembangunan sistem keamanan database kependudukan tahun ini. Biayanya cukup besar, biayanya cukup besar sampai Rp35 M kita gunakan khusus untuk membangun sistem database mulai tahun ini," ujar Teguh saat Rakornas II Dukcapil Tahun 2023, Rabu (25/10/2023).

"Kemudian dari sistem itu kita juga lakukan hal-hal teknis. Misalnya database kependudukan itu nanti kita masking, kita enkripsi. Jadi kalau ada kebocoran data-data seperti itu, wah itu bukan kita," imbuhnya.

Teguh mengatakan, Kemendagri tengah berfokus meningkatkan perlindungan data kependudukan masyarakat. Dia berkomitmen meningkatkan upaya keamanan data kependudukan, untuk mencegah terulangnya kebocoran data.

Dia menambahkan, Kemendagri juga memperkuat kerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

Baca juga:

Kasus kebocoran data pribadi dan kependudukan beberapa kali terjadi. Terakhir pada Juli 2023, sekitar 337 juta data diduga bocor. Data itu diduga dari Ditjen Dukcapil Kemendagri.

Data tersebut berisi nama, nomor induk kependudukan (NIK), nomor kartu keluarga (KK), nomor akta lahir, dan nikah. Ratusan juta data itu dijual di forum peretas, Breach Forum.

Editor: Wahyu S.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!