BERITA

Kasus Omicron Meningkat, Pemerintah Perkuat Pelayanan Kesehatan di Rumah

Kata Budi, dari 414 pasien di Indonesia yang terinfeksi Omicron, mayoritas tidak memerlukan perawatan di rumah sakit

AUTHOR / Heru Haetami

Kasus omicron bertambah
Menkes Budi Gunadi saat memaparkan perkembangan penanganan varian omicron di Istana Kepresidenan, Senin, (3/1/2022). (FOTO: Setpres)

KBR, Jakarta - Peningkatan kasus Covid-19 varian Omicron terlihat sejak awal bulan ini dengan tren kasus harian. Pada Jumat, (8/1/2021) lalu, kasus di Indonesia mencapai lebih dari 500 kasus. Artinya naik dua kali lipat dibanding penambahan rata-rata kasus harian pada bulan lalu.

Merespons tren penambahan kenaikan kasus harian itu, pemerintah akan memfokuskan penguatan pelayanan kesehatan di rumah-rumah.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin beralasan, pasien omicron bakal lebih banyak yang bergejala ringan dan tanpa gejala sehingga tidak memerlukan perawatan di rumah sakit.

"Memang kenaikan transmisi Omicron akan jauh lebih tinggi dari Delta, tetapi yang dirawat jauh lebih sedikit. Sehingga strategi layanan dari Kementerian Kesehatan akan digeser yang sebelumnya fokusnya ke rumah sakit sekarang fokusnya ke rumah. Karena akan banyak orang yang terkena dan tidak perlu ke rumah sakit," kata Budi dalam Konferensi Pers daring, Senin (10/1/2022)

Keputusan penguatan strategi pelayanan kesehatan di rumah merupakan pertimbangan pemerintah berdasarkan hasil penelitian Kementerian Kesehatan. 

Kata Budi, dari 414 pasien  di Indonesia yang terinfeksi Omicron, mayoritas tidak memerlukan perawatan di rumah sakit. Hanya dua orang yang membutuhkan perawatan oksigen karena mempunyai penyakit penyerta. Dari 414 pasien, 114 orang atau sekitar 26 persen sudah sembuh, termasuk dua orang yang mempunyai penyakit penyerta.

"Apa gejalanya, gejala apa yang hanya perlu dirawat di rumah, which is sebagian besar akan begitu, gejala seperti apa yang dirawat di isolasi terpusat seperti wisma atlet, gejala seperti apa yang masuk rumah sakit, mana yang sedang dan mana yang berat," katanya.

Baca juga:

Guna mendukung strategi tersebut, pemerintah menggandeng 17 jasa layanan konsultasi kesehatan jarak jauh atau telemedicine. Hal itu agar pasien Covid-19 yang dirawat di rumah atau karantina mandiri, tetap bisa mengakses layanan kesehatan berupa konsultasi dokter dan obat-obatan.

"Kami juga sudah bekerja sama dengan satu startup di bidang logistik dan BUMN Kimia Farma untuk bisa memastikan obat-obatan bisa sampai," pungkasnya.

Tingkatkan Kemampuan Deteksi Kasus

Sementara itu, kalangan epidemiolog mengingatkan pemerintah untuk meningkatkan kemampuan deteksi dini kasus Covid-19 varian omicron seiring peningkatan kasus sejak awal bulan ini.

Pakar epidemiologi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Laura Navika Yamani mengatakan, temuan kasus omicron saat ini harus menggambarkan realitas persebaran omicron yang sesungguhnya. Ia beralasan, orang yang terinfeksi omicron sebagian besar tidak mengalami gejala atau bergejala ringan, sehingga menghambat pendeteksian kasus di masyarakat.

"Nah kalau yang sekarang, kita lihat memang kan jumlah kasus harian kan tidak meningkat secara signifikan. Karena ini sangat bergantung dengan kapasitas pemeriksaan yang kita lakukan. Semakin pemerintah aktif untuk melakukan pemeriksaan, tentunya penemuan kasus positif kan pasti ada. Karena kita tahu bahwa omicron ini sebetulnya kalau dibandingkan delta, tidak menimbulkan keparahan, sampai saat ini," ucap Laura kepada KBR, Senin, (10/1/2022).

Baca juga:

Epidemiolog Universitas Airlangga, Laura Navika menambahkan, pendeteksian kasus ini diharapkan dapat mengantisipasi gelombang ketiga seperti yang saat ini dialami negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Di wilayah tersebut, rekor harian kasus Covid-19 terus terpecahkan akibat penularan omicron.

Dengan deteksi kasus yang mumpuni juga diharapkan dapat mencegah penularan terhadap kelompok rentan yang dapat berimbas pada peningkatan hunian rumah sakit.

"Semakin banyak orang yang terinfeksi, meski banyak yang terinfeksi omicron ini ringan dampaknya. Tapi kalau semakin banyak yang terinfeksi sampai menjangkau kelompok rentan, secara meluas. Nah ini risikonya juga fatal. Dan kelompok rentan ini akan jatuh pada kondisi berat, semakin banyak kelompok rentan terinfeksi, maka kapasitas rumah sakit juga semakin overload ya, ke depannya," ungkap Laura.

Editor: Muthia Kusuma

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!