Dia siap menata masa transisi ke pemerintahan yang baru.
Penulis: Heru Haetami, Astri Yuanasari
Editor: Wahyu Setiawan

KBR, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menjadi Menteri Sosial. Dia menggantikan Tri Rismaharini yang mundur karena maju dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2024.
Setelah dilantik, Gus Ipul mengatakan bakal segera berkoordinasi dengan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy yang sempat menjabat sebagai pelaksana tugas mensos.
"Ya sesuai SK yang sudah dibacakan tadi, ya kami coba membantu dari waktu yang tersisa, apa yang ada sesuai arahan presiden. Tentu kami bicara dengan masa transisi khususnya untuk Kemensos apa yang akan dilakukan di tahun 2025," kata Gus Ipul usai dilantik di Istana Negara Jakarta, Rabu (11/9/2024).
Sekjen PBNU itu berjanji akan memaksimalkan tugasnya di waktu yang tersisa sebelum pelantikan Presiden Terpilih Prabowo Subianto pada 20 Oktober. Jika dihitung, dia akan bekerja sebagai mensos selama 39 hari.
Dia siap menata masa transisi ke pemerintahan yang baru.
Perbaiki Data Penerima Bansos
Gus Ipul diberi tugas merapikan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Menko PMK Muhadjir Effendy mengatakan, pembaharuan data diperlukan untuk penyaluran bantuan sosial (bansos) yang tepat sasaran.
"Data terpadu kesejahteraan sosial itu harus dilakukan verval atau triangulasi dengan data-data yang ada dari kementerian-kementerian dan badan yang ada, yang berkompeten. Seperti data BKKBN, data dukcapil di Kementerian Dalam Negeri, data penyaluran bansos di Kementerian Keuangan, sehingga semakin akurat," kata Muhadjir di Kompleks Parlemen, Rabu (11/9/2024).
Muhadjir menegaskan, DTKS dipakai untuk rujukan semua kementerian yang berkaitan dengan upaya meningkatkan kesejahteraan sosial, terutama pengentasan kemiskinan.
"Target kami yaitu untuk menurunkan angka kemiskinan yang mestinya tahun ini mencapai 7,5 persen, kemudian untuk kemiskinan ekstrem targetnya 0 bunder. Tetapi tahun ini kami baru bisa mencapai 0,8 persen. Walaupun sudah nol tapi masih angka buntutnya masih 8," katanya.
Baca juga: