NASIONAL

Indef: Ekonomi Rumah Tangga Indonesia Tertekan

Situasi ini tergambar dari kredit multiguna yang tumbuh melambat.

AUTHOR / Astri Septiani

EDITOR / Wahyu Setiawan

Indef: Ekonomi Rumah Tangga Indonesia Tertekan
Ilustrasi: Warga memindai kode QRIS untuk pembayaran transaksi digital di pasar tradisional di Kudus, Jawa Tengah, Jumat (8/7/2022). (Foto: ANTARA/Yusuf Nugroho

KBR, Jakarta - Peneliti dari Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan menyebut ekonomi rumah tangga Indonesia tertekan. Kata dia, situasi ini tergambar dari kredit multiguna yang tumbuh melambat hanya 4,94 persen, jauh lebih rendah dari sebelum pandemi COVID-19.

"Kenapa ini penting? Karena dari sisi komposisi kredit multiguna ini menempati porsi terbesar kedua. Sekitar 41 persen. Yang pertama adalah 43 persen itu dari kredit KPR rumah tangga," kata Abdul dalam diskusi daring, Kamis (12/9/2024).

Jika kredit multiguna bisa didorong lewat kebijakan insentif bagi kelas menengah dan penurunan suku bunga acuan, Abdul menilai hal tersebut dapat memberi stimulus terhadap kredit-kredit rumah tangga. Dengan begitu, bisa mendorong aktivitas ekonomi yang lebih besar.

Selain itu kata dia, kenaikan suku bunga acuan BI rate juga menyebabkan naiknya pengeluaran rumah tangga pada sisi cicilan, namun di satu sisi menurunkan tabungan.

Perlu Ditingkatkan

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengingatkan pertumbuhan ekonomi perlu terus didorong. Upaya itu harus dilakukan supaya tetap dapat menjaga keyakinan pelaku ekonomi terhadap prospek perekonomian nasional.

"Khususnya konsumsi rumah tangga perlu semakin ditingkatkan sejalan dengan berakhirnya faktor musiman terkait Hari Besar Keagamaan Nasional dan dampak pelaksanaan pemilu pada semester I 2024," kata Perry saat konferensi pers, Rabu (21/8/2024).

Dia bilang, berlanjutnya Proyek Strategis Nasional (PSN) diperkirakan dapat meningkatkan investasi, khususnya investasi swasta.

Kenaikan stimulus fiskal 2024 dari 2,3 persen menjadi 2,7 persen dari PDB juga diharapkan dapat secara efektif memberikan dampak pengganda terhadap perekonomian.

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2024 berada dalam kisaran 4,7-5,5 persen.

"Bank Indonesia terus memperkuat sinergi stimulus fiskal Pemerintah dengan stimulus makroprudensial Bank Indonesia untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, khususnya dari sisi permintaan," tambahnya.

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!