EDITORIAL

Gelombang Resiliensi

Resiliensi itu yang akan kami pakai untuk terus mengawasi kekuasaan dan oligarki, menjaga demokrasi Indonesia.

AUTHOR / Citra Dyah Prastuti

Gelombang Resiliensi

29 April adalah hari penting bagi KBR.

Pada 29 April 1999, program pertama KBR68H mengudara yaitu Buletin Sore. Ini adalah lembaran hidup baru bagi sebuah entitas media independen yang lahir setelah jatuhnya rezim Soeharto pada tahun 1998 silam.

KBR68H adalah nama yang dipakai saat itu. Lembaga ini lahir dari kegelisahan beberapa aktivis di Institut Studi Arus Informasi yang memikirkan tentang pentingnya menyebarluaskan informasi yang berkualitas untuk radio.

Radio dipilih, seperti ditulis pendiri KBR68H Tosca Santoso, “Karena media ini yang paling menderita di masa otoritarian Soeharto.”

Sejak itulah Kantor Berita Radio 68H hadir untuk membuka akses informasi yang independen dan imparsial ke penjuru negeri.

Awalnya KBR68H memproduksi 15 menit berita per hari, lantas berkembang menjadi 6 jam per hari. Dari hanya 14 radio jaringan yang menyebarluaskan berita KBR68H, sampai pada tahun 2006 KBR68H masuk catatan Museum Rekor Indonesia (MURI) kantor berita radio dengan jaringan radio terbanyak (435 radio). Dari mengirimkan materi siaran lewat kaset dan ojek, lantas lewat satelit demi memastikan seluruh radio jaringan mendapatkan siaran serentak dan sekarang lewat jalur internet. Cita-cita kami saat itu adalah menyajikan berita yang independen dan bisa dipercaya, sekaligus membuka akses informasi ke semua wilayah.

Bersuara. Dan berdampak.

Kali pertama

KBR68H menjadi satu-satunya media di dunia yang pernah meraih penghargaan dari Kerajaan Belgia, yaitu King Baudouin Foundation International Development Prize. KBR68H dinilai berhasil memajukan taraf hidup masyarakat lewat penguatan demokrasi, pengembangan toleransi dan partisipasi aktif masyarakat dengan cara memproduksi dan menyebarkan informasi berkualitas lewat radio jaringan di daerah. Penghargaan itu hadir tahun 2009, menandai satu dekade hadirnya KBR68H bagi publik.

“Kami bangga dengan penghargaan itu. Dan bersyukur karena kerja satu dasawarsa ini dihargai, bahkan oleh mereka yang tidak berkepentingan,” begitu Tosca Santoso menulis dalam catatan di media sosial pada April 2009 dalam tulisan renungan 10 tahun KBR68H.

KBR68H lantas berkembang, bertumbuh, sembari terus bersenang-senang, dan berkarya. Ada banyak torehan “yang pertama” yang kami buat sepanjang umur media ini berdiri.

Kami menjadi yang pertama dengan program majalah udara berisi cerita-cerita di balik headline dari penjuru Asia lewat Asia Calling - siaran yang bertahan 15 tahun dan berjejaring dengan media-media di Asia dan Australia. Kami menginisiasi stasiun radio dengan fokus lingkungan bersama Green Radio, the eco-lifestyle of Jakarta

Kami menjadi penyedia konten berbasis jurnalisme bermutu dan independen dalam format video yang pertama, bersama-sama dengan TV Tempo - hasil berkolaborasi dengan Tempo Inti Media. Kami juga menjadi radio pertama yang menginisiasi dibangunnya dua radio komunitas di Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Paniai, di pegunungan Jayawijaya, Papua. Kedua radio ini lahir dari kegelisahan akibat minimnya akses informasi di sana yang berdampak pada kematian 55 orang akibat kelaparan pada tahun 2005. 

Dan untuk urusan lomba karya jurnalistik di bidang radio, silakan tanya tetangga - kami banyak sekali meraih penghargaan nasional dan internasional sebagai ‘yang pertama’.

Kami juga jadi media pertama yang dapat kiriman bom buku pada 15 Maret 2011. Hari ini sekaligus jadi pengingat untuk tak kalah pada rasa takut, tak tunduk pada kelompok yang menggedorkan rasa takut. “Jangan biarkan mereka berpikir kalau kita takut,” kata Tosca Santoso dan Heru Hendratmoko, bekas Pemimpin Redaksi KBR68H, bergantian mengingatkan.

Kami senang dan bangga, ada banyak pencapaian yang kami raih bersama-sama.

Di tengah gelombang disrupsi

Tak ada media yang siap ketika disrupsi itu datang. Pilihannya hanya dua: berpura-pura disrupsi itu tak ada sembari bertahan dengan kondisi apa pun atau beradaptasi.

Sejak awal, kami memilih untuk beradaptasi. Tentu ini bukan adaptasi yang mudah karena KBR68H bukanlah bagian dari konglomerasi media dengan dana yang tak terbatas.

Kami menghadapi transisi dari radio ke website PortalKBR.com dengan kegagapan menulis judul. Di berita radio, kami tak perlu memikirkan judul. Kami tak siap ketika harus mengisi website dengan gambar, lantaran tak punya infrastruktur di soal itu. Kami berdarah-darah memikirkan bagaimana cara memperpanjang tulisan untuk kebutuhan website karena terbiasa menulis pendek dan tanpa basa-basi. Kami memutar otak soal cara ‘menyuntikkan’ audio ke platform digital sebagai tawaran pembeda kami sebagai media.

Ada banyak eksperimen yang dilakukan sebagai upaya kami menjawab gelombang disrupsi. Ada masanya ketika kami menduga, bergeser ke dunia hiburan adalah jawabannya. Kami lantas menciptakan brand baru bernama Yuhu! sebagai pengembangan sayap di area hiburan. Dengan cepat produk baru ini bergerak menjadi Yuhu! Pop serta Yuhu! Dangdut dan stasiun radio Power FM.

Mungkin kami memang tak berbakat di dunia hiburan dengan gemerlap selebriti. Mungkin bukan di situ jalur kami kami. Sampai akhirnya kami harus berpisah kepada eksperimen tersebut dan kembali ke DNA kami: konten berbasis jurnalisme yang berkualitas dan independen.

Dan lahirlah KBR Prime pada November 2018 - sebuah ikhtiar menjadi NPR-nya Indonesia.

Keputusan ini bukannya tanpa tantangan, karena kami hadir dengan konsep journalism-based podcast ketika belum banyak orang yang tahu apa itu ‘podcast’.

Always a lesson

Setiap tahun punya momentumnya masing-masing. Never a failure, always a lesson - seperti kata penyanyi Rihanna.

Kami terus bereksperimen dengan aneka cara untuk berkembang dan bertumbuh. Kami pelajari cara-cara baru bertutur lewat podcast. Kami berembuk soal cara terbaik mengajak radio jaringan ikut menghadapi disrupsi digital bersama-sama. Termasuk juga merumuskan cara-cara segar untuk “menjual” produk jurnalistik tanpa melelang etika. Apalagi tantangan media terus bertambah seiring berjalannya waktu dan disrupsi yang semakin ugal-ugalan.

Tahun 2019, kami memulai perayaan tahunan kami untuk perkembangan podcast di tanah air lewat Podcast Party. Podcast, meskipun saat itu masih sangat baru, perlu dirayakan sebagai bentuk kebebasan berekspresi yang perlu kita jaga bersama. Podcast adalah wujud kecintaan kami akan audio di platform digital. Perayaan Podcast Party terus bergulir untuk merayakan kegembiraan-kegembiraan baru soal podcast, baik dari KBR Prime maupun dari platform lainnya.

Tahun 2020, kami mendapat kepercayaan dari Spotify untuk memproduksi podcast original “Dear, Dearest”. Lewat surat, kami bercerita dan bertutur tentang banyak hal - soal cinta kepada sesama manusia, kepada bumi dan kepada banyak hal lainnya.

Tahun 2021, kami memulai gerakan yang kami beri judul Indonesia Baik. Ini adalah semangat yang melingkupi semua kerja-kerja jurnalistik yang kami tuangkan lewat berbagai produk. Bahwa dunia yang terus ‘bergerak ke ‘kanan’ adalah ancaman nyata pada keberagaman Indonesia. Ini sebuah pekerjaan besar yang perlu melibatkan banyak orang secara bersama-sama. Indonesia yang beragam harus dirawat, Indonesia yang inklusif harus jadi cita-cita bersama.

Tahun 2022, kami memproduksi serial podcast investigasi pertama kami dengan dukungan dari Global Investigasi Journalism Network (GIJN). Pendampingan dari jurnalis investigasi Susanne Reber memberikan pengalaman yang lengkap dan mendalam bagi kami dalam perjalanan menemukan cara-cara baru dalam bertutur lewat podcast. Dari situlah lahir Disclose, yang hadir dengan serial investigasi pertamanya berjudul “Dipaksa Kawin”, mengulik soal tingginya kasus perkawinan anak setelah Undang-undang Perkawinan direvisi. Podcast ini menjadi finalis Asia Podcast Festival Awards 2022 (kategori Best Narrative Storytelling) dan pemenang karya jurnalistik terbaik tentang anak tahun 2023 dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia dan UNICEF. Podcast ini juga menjadi podcast pertama KBR Prime yang diadaptasi ke Bahasa Inggris, berkolaborasi dengan Puma Podcast dari Filipina.

Tahun 2023, kami memenangkan GNI Innovation Challenge Asia Pacific dari Google News Initiative. Fun fact, ini adalah keberhasilan penting setelah gagal di dua percobaan sebelumnya! Dari situ, kami lantas menata cita-cita dan masa depan untuk pengembangan KBR Prime. Dia tak boleh menjadi sekadar perpustakaan audio atas podcast yang kami produksi, tapi harus bergulir menjadi suatu ekosistem yang sehat. Sebagai suatu ekosistem, maka KBR Prime perlu berkolaborasi dengan banyak pihak. Kami kurasi sejumlah nama dan berkolaborasi bersama 20 mission-driven influenfers yang berbagi visi yang sama dengan kami: mendorong perubahan untuk Indonesia yang lebih baik dan inklusif. Di tahun yang sama, kami juga melatih 90 orang muda lewat KBR Prime Podcaster Hunt untuk membuat mission-oriented podcast sebagai tawaran segar atas gegap gempitanya podcast horor, komedi dan pengembangan diri di platform podcast populer.

Tawaran kami adalah KBR Prime ibarat artisan shop dengan podcast terkurasi dan berkualitas, yang memantik rasa ingin tahu akan persoalan di sekitar kita sekaligus membuka wawasan akan keberagaman. Cita-cita itulah yang kami sematkan di tagline podcast-podcast KBR Prime: podcasts for curious minds.

Tahun 2024, kami memulainya dengan prestasi yang membanggakan: meraih Digital Media Award Asia 2024 kategori Best Innovative Digital Product untuk kategori small/medium company. Penghargaan diberikan atas inovasi yang dilakukan lewat KBR Prime untuk mengembangkan ekosistem podcast yang sehat dan mendorong perubahan.

Kami senang dan bangga, ada banyak pencapaian yang kami raih bersama-sama.

Gelombang resiliensi

red

29 adalah hari penting bagi KBR.

Pada 29 April 2024, kami berulang tahun ke-25.

Tahun ini, KBR Media ini merayakannya dengan tema “Tetap Bersuara dan Berdampak untuk Indonesia Baik”. Kami percaya keberagaman adalah suatu fakta dan media perlu merayakan dan menjaganya bersama-sama publik. Lewat kerja-kerja jurnalistik, kami juga terus mengawasi kekuasaan - we put people in power accountable. Tema ulang tahun kali ini adalah refleksi kami sebagai perusahaan pers dengan tanggung jawab untuk bersama-sama mendorong perubahan - demi Indonesia yang lebih baik.

Indonesia Baik adalah sebuah harapan, cita-cita dan kerja bersama. Indonesia Baik adalah ikhtiar berkelanjutan untuk memperluas dan memperkuat kolaborasi yang telah dimulai. Tantangan kita, termasuk media, semakin kompleks - menguatnya oligarki, disrupsi digital, yang semuanya berdampak pada kualitas demokrasi Indonesia.

Disertasi berjudul “Disrupsi Digital, Journalistic Field (Arena Jurnalistik) dan Transformative Capital di Kompas dan Tempo (1995-2020)” yang ditulis Ignatius Haryanto Djoewanto, menggambarkan perlunya ada “kapital transformatif”, sesuatu yang membawa Kompas dan Tempo ke era digital.

Apakah kami punya kapiltal transformatif itu? Mudah-mudahan ya.

Yang pasti, kami punya resiliensi yang kuat.

Resiliensi itu yang membawa kapal KBR Media mengarungi disrupsi digital dan entah disrupsi apa lagi di depan sana.

Resiliensi itu yang mendorong kami kreatif melakukan atraksi ‘sulap’ dan ‘akrobat’ demi mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan baru dengan semangat “namanya juga usaha!” mulai dari soal produksi konten sampai revenue stream.

Resiliensi itu yang akan membersamai perjalanan kami memecahkan misteri media sustainability yang gagah disebut tapi sulit sekali ditemukan.

Resiliensi itu yang akan terus mendorong kami untuk tetap relevan, dibutuhkan dan dipercaya publik, supaya masyarakat tak habis dimakan hoaks.

Kita akan segera memasuki rezim yang dipimpin seorang Prabowo yang diduga terlibat penculikan dan penghilangan paksa sejumlah aktivis pro-demokrasi pada 1997-1998. Andreas Harsono dari Human Rights Watch menyebut “Jokowi telah membuka pintu bagi Indonesia kembali ke kekelaman Orde Baru.”

Resiliensi itu yang akan kami pakai untuk terus mengawasi kekuasaan dan oligarki, menjaga demokrasi Indonesia.

Resiliensi itu yang akan kami pakai untuk bersama-sama merawat Indonesia yang beragam serta mendorong Indonesia yang makin inklusif.

Resiliensi itu juga yang kami pakai untuk terus berkarya dan bersenang-senang.

Untuk terus bersuara. Dan terus berdampak.

Selamat ulang tahun, KBR!

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!