Dengarkan

Sabtu pagi pekan lalu mestinya menjadi Sabtu menyenangkan bagi anak-anak sebuah sekolah dasar  di kota Newton, di Negara Bagian Connecticut, Amerika Serikat. Usai sekolah anak-anak ini bakal bisa menghabiskan akhir pekan bersama orangtua.

Tapi Sabtu pagi kemarin itu sama sekali bukan hari yang menyenangkan. Sabtu pagi itu adalah horror yang tak bakal mereka lupakan sepanjang hidup. Hari yang bakal menghantui hingga kelak mereka dewasa. Sebuah hari yang pasti tak mereka kehendaki ada, tapi sungguh terjadi dan telah menghancurkan seluruh impian menyenangkan dunia kanak-kanak mereka.

Adam Lanza, pemuda usia 20-an tahun ini telah menciptakan mimpi buruk bagi warga kota kecil itu. Dengan 2 pucuk pistol dan sebuah senapan serbu, ia memberondong anak-anak usia 5 sampai 10 tahun di SD Sandy Hook pagi itu. Kepala sekolah seorang guru BP yang hendak menyelamatkan anak-anak didiknya tak luput dari berondongan peluru yang dimuntahkan dari senjata Adam Lanza. Keduanya pun tewas bersimbah darah bersama 24 siswa lainnya. Belakangan diketahui, ibu Adam juga menjadi korban keganasan anak muda itu. Total korban jiwa mencapai 28 orang, termasuk Adam yang kemudian bunuh diri.

Amerika Serikat guncang. Dunia internasional guncang. Presiden AS Barack Obama tak kuasa menahan haru ketika memberikan sambutan dukacita untuk keluarga korban. Para pemimpin dunia lainnya ikut menyampaikan belasungkawa. Apa yang terjadi di Newton pagi itu memang mengerikan. Apalagi peristiwa ini bukanlah yang pertama yang terjadi di negara adidaya ini.

Isu kepemilikan senjata lantas mencuat lagi di AS. Di beberapa negara bagian, kepemilikan senjata api memang dilegalkan. Dengan harga yang relatif tidak mahal, warga bisa belanja pistol dan pelurunya di toko-toko khusus seperti kalau kita membeli sepatu. Ada yang tidak setuju, tapi tak sedikit yang bertahan dengan pendapat kepemilikan senjata api diperlukan sebagai alat perlindungan diri. Debat tentang pengetatan hak kepemilikan senjata api ini sesungguhnya sudah berlangsung lama, tapi pemerintah AS tampaknya belum punya niat untuk secara tegas melarang peredaran senjata di kalangan warga sipil.

Motif apa yang mendasari Adam Lanza hingga dia berani bertindak senekad itu, belum terungkap jelas. Tapi apa pun motifnya, memberondong bocah-bocah manis dan lucu itu sungguh di luar nalar sehat. Meski itu tak terjadi di tanah air, kemanusiaan kita pasti tersentuh mendengar peristiwa mengerikan itu. Kita bersimpati kepada korban sembari berharap hal serupa jangan pernah terjadi di sini.