Mereka membentangkan spanduk-spanduk bertuliskan tuntutan, seperti "1 Oktober Hari Duka Sepak Bola", "Tragedi Kanjuruhan Pelanggaran HAM Berat"
Penulis: Eko Widianto
Editor: Muthia Kusuma

KBR, Malang- Dua tahun berlalu sejak tragedi Kanjuruhan merenggut nyawa lebih dari 135 orang, namun luka mendalam masih terasa bagi keluarga korban dan penggemar sepak bola. Pada peringatan hari peristiwa kelam tersebut, ratusan orang kembali turun ke jalan untuk menuntut keadilan dan meminta pertanggungjawaban seluruh pihak yang terlibat.
Aksi kamisan yang digelar di depan Balai Kota Malang, Jawa Timur ini dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa hingga keluarga korban. Mereka membentangkan spanduk-spanduk bertuliskan tuntutan, seperti "1 Oktober Hari Duka Sepak Bola", "Tragedi Kanjuruhan Pelanggaran HAM Berat", dan "Negara Lepas Tangan Kanjuruhan Terabaikan".
Salah satu keluarga korban, Cholifatul Nur, mengungkapkan kesedihan mendalam atas kepergian anak semata wayangnya. Ia bertekad untuk terus memperjuangkan keadilan dan berharap para pihak berwenang dapat memberikan perhatian serius terhadap kasus ini.
"Kalian boleh di sana bersenang-senang kalian boleh bersendagurau. Tapi ingat hukum karma pasti ada. Saya bersumpah hidup kalian tidak akan tenang," ucap Cholifatul.
Keluarga korban juga menyorot putusan pengadilan terhadap para pelaku sebelumnya yang dinilai terlalu ringan dan tidak mencerminkan beratnya kesalahan yang dilakukan. Mereka mendesak agar auktor intelektualis segera diadili dan dihukum seberat-beratnya.
"Semua mereka yang kehilangan anak-anaknya, meratapi sedih karena ulahmu. Wahai sang penguasa, wahai sang pembunuh," lanjut Cholifatul Nur dalam orasinya.
Di tengah kepedihan yang mendalam, para korban dan keluarga berharap agar tragedi Kanjuruhan menjadi momentum pembenahan. Mereka menginginkan adanya reformasi total dalam pengelolaan sepak bola di Indonesia, sehingga peristiwa serupa tidak terulang kembali.
Cholifatul berharap Presiden terpilih, Prabowo Subianto berani mengambil sikap agar aparat penegak hukum mengungkap kasus tragedi Kanjuruhan secara menyeluruh.
Di sisi lain, Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali mengatakan, proses penyelesaian kasus tragedi Kanjuruhan masih jauh dari kata tuntas. Dia menekankan penanganan kasus ini tidak memberikan rasa keadilan bagi keluarga korban dan masyarakat luas. Akmal menyayangkan hingga kini, auktor intelektualis di balik tragedi ini belum terungkap dan hanya pelaku lapangan yang diadili.
Baca juga: