NASIONAL

Dibandingkan Negara ASEAN, Produktivitas Tenaga Kerja RI Tertinggal

Pembangunan SDM industri harus ditingkatkan, sebab Indonesia masih memiliki banyak pengangguran.

AUTHOR / Astri Septiani

EDITOR / R. Fadli

Dibandingkan Negara ASEAN, Produktivitas Tenaga Kerja RI Tertinggal
Ilustrasi: Pencari kerja mencari lowongan di salah satu bursa tenaga kerja di Jakarta Selatan. Foto: ANTARA

KBR, Jakarta - Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut Indonesia masih menghadapi masalah dalam pembangunan sumber daya manusia, termasuk tenaga kerja RI di bidang industri.

Salah satunya, kata Menperin, pembangunan SDM industri harus ditingkatkan, sebab Indonesia masih memiliki banyak pengangguran.

"Dari beberapa survei yang dilakukan oleh Jetro, Jetro Ini adalah sebuah lembaga yang dibiayai dan didanai oleh pemerintah Jepang. Dalam beberapa survei yang dilakukan oleh Jetro menunjukkan bahwa produktivitas dari tenaga kerja nasional di Indonesia, produktivitasnya masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya," kata Agus (18/09/24).

Tantangan lain yang dihadapi Indonesia saat ini kata dia adalah angkatan kerja nasional masih didominasi oleh pekerja dengan tingkat keterampilan rendah.

Agus menyebut, 55 persen angkatan kerja Indonesia memiliki latar belakang pendidikan SMP ke bawah.

Ia menyebut latar belakang pendidikan ini sedikit banyak akan berpengaruh terhadap rendahnya daya saing SDM industri. Selain itu juga akan mempengaruhi pengembangan industri manufaktur Indonesia.

"Dan oleh sebab itu harus segera kita ambil langkah-langkah strategis untuk menjawab isu-isu yang tadi saya sampaikan," tuturnya.

Baca juga:

Menko PMK: Industri Padat Teknologi Mengikis Angkatan Kerja

10 Tahun jadi Presiden, Jokowi: Ekonomi Pulih, Kemiskinan Turun, Pengangguran Ditekan

Bahlil Ungkap Penyebab PHK Massal di Industri Tekstil

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!