NASIONAL

Catatan Kritis INDEF soal Kondisi Ekonomi RI 2024

Pemerintah dinilai belum mampu menjawab tantangan dari faktor domestik dan kondisi geopolitik di luar negeri yang penuh dengan ketidakpastian.

AUTHOR / Shafira Aurel

EDITOR / Agus Luqman

Catatan Kritis INDEF soal Kondisi Ekonomi RI 2024
Warga melihat produk yang dipamerkan di Pasar Kreatif Nasional di Lapangan Banteng, Jakarta, Minggu (22/12/2024). (Foto: ANTARA/Dziqri Mahmudi)

KBR, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memberikan sejumlah catatan terkait kondisi makro ekonomi di Indonesia selama 2024.

Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto mengatakan catatan itu antara lain terkait melambatnya pertumbuhan ekonomi selama pemerintahan Joko Widodo.

Eko Listiyanto mengatakan secara historis, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode 2005 hingga 2010 sebesar 5,7 persen.

Pertumbuhan tersebut melambat menjadi 4,7 persen sejak pandemi Covid-19 hingga kuartal pertama 2024.

Selain itu, INDEF juga menilai pemerintah belum mampu menjawab tantangan dari faktor domestik dan kondisi geopolitik di luar negeri yang penuh dengan ketidakpastian.

"Perlambatan ini cukup konsisten sehingga perlu upaya untuk menanganinya ke depan. Ekonomi kita melambat karena daya beli masyarakat menurun. Ini terlihat sekali dari laju konsumsi yang berada di bawah 5 persen, dan ini jarang terjadi sebetulnya. Sehingga harus menjadi perhatian kita bersama. Begitu juga terjadi deflasi secara 5 bulan berturut-turut, itu juga semakin menggambarkan bahwa memang ada persoalan ya di dalam perekonomian 2024," ujar Eko kepada KBR, Senin (30/12).

Baca juga:

Tahun Politik

Eko Listiyanto menambahkan lambatnya pertumbuhan ekonomi juga turut dipengaruhi masuknya tahun politik dan transisi pemerintahan.

“Momentum-momentum itu sangat berpengaruh terhadap ekonomi kita. Ketika terjadi tahun politik biasanya memang dunia usaha itu kecenderungannya menunggu dulu siapa yang akan dipilih. Sehingga nanti mereka bisa membaca atau setidaknya memproyeksi arah dari kebijakan ekonomi ke depan. Jadi ada penurunan daya beli, sehingga mau ekspansi setelah tahun politik pun menjadi susah,” ucapnya.

Lebih lanjut, Eko memprediksi target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen di tahun 2025 masih sulit untuk dicapai.

Untuk itu, ia mendorong agar pemerintah menyiapkan berbagai strategi jitu untuk bisa mencapai target tersebut.

“Caranya pasti harus berbeda dengan cara-cara yang sudah pernah dilakukan oleh Indonesia pada waktu dulu. Harapan saya di 2025, pertama pemerintah punya amunisi namanya APBN. Di sisi belanja pastikan belanja-belanja nya harus efektif, harus punya daya dorong terhadap produktivitas perekonomian. Seperti mendorong ya bagaimana memastikan kawasan-kawasan industri itu terbangun dengan baik,” pungkasnya.

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!