NASIONAL

Berkaca pada Kasus Ciki Ngebul

"Pentingnya pengawasan konsumsi jajanan untuk anak dibahas dalam podcast What's Trending."

Lea Citra

Podcast What's Trending
Podcast What's Trending

KBR, Jakarta- Belakangan masyarakat +62 tengah diramaikan dengan kasus keracunan pangan, usai menyantap jajanan berasap atau ciki ngebul. Mulai dari Ponorogo, Tasikmalaya hingga Jakarta.

Kementerian Kesehatan mencatat, sejak kasus pertama ditemukan pada Juni 2022 hingga 12 Januari 2023, ada 25 anak dilaporkan mengalami keracunan pangan akibat konsumsi ciki ngebul.

“Kami ingin pemerintah daerah melakukan tindak lanjut dengan melakukan koordinasi dengan dinas pendidikan, UMKM, pariwisata, perindustrian dll untuk melakukan penyuluhan kepada pelaku usaha, guru dan masyarakat akan bahaya nitrogen cair pada makanan. Kepada pelaku usaha yang keliling, atau pasar malam, tidak kita rekomendasikan menggunakan nitrogen cair mengingat ada beberapa kasus yang dilaporkan akibat konsumsi ciki ngebul” ujar dr. Anas pada konferensi pers 12 Januari 2023.

Direktur Penyehatan Lingkungan, dr. Anas Ma’ruf mengatakan, gejala usai menyantap ciki ngebul adalah mual, muntah, pusing dan sakit perut.

Baca juga:

Kasus "Ciki Ngebul", DPR Minta BPOM Sidak ke Lapangan

Agar Resolusi Nggak Sekedar Lewat di Tahun Baru

Anuptaphobia Bikin Takut Melajang

Sementara itu, Anggota Komisi Kesehatan DPR Netty Prasetiyani Aher juga meminta Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) melakukan inspeksi mendadak ke lapangan. Hal ini penting, karena sebagian besar pedagang jajanan ciki ngebul ternyata belum tahu efek bahaya dari nitrogen cair yang dicampur ke makanan.

"Tentu harus ada edukasi bagi anak-anak, yang kedua edukasi buat orang tua, yang ketiga komitmen pemerintah, tanggung jawab pemerintah untuk bisa melakukan edukasi pada para pedagang jajanan makanan atau jajanan anak sekolah. Kemudian juga bekerja sama dengan Dinkes kalau di kota kabupaten di daerah untuk bersama-sama melakukan penjangkauan kepada para pedagang atau penjajah makanan ini," kata Netty saat dihubungi KBR, jumat (13/1/2023).

Bagaimana tip memilih jajanan anak?

Ahli gizi dr Tan Shot Yen mengatakan orang tua harus selektif dalam memilih makanan atau jajanan bagi anak. Untuk makanan kemasan, dokter Tan menyarankan orang tua mengecek kandungan makanan dan juga izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) atau dinas kesehatan.

"Nah yang repot itu kan, kalau makanan dijual dalam bentuk jadi di pinggir jalan. Kan hanya Tuhan sama dia yang tahu isinya apa. Itu sebabnya kenapa hati-hati banget, beli makanan di pinggir jalan. Dari yang mainstream seperti misalnya gorengan ya. Kamu beli gorengan, tahu goreng, pisang goreng, bakwan goreng di pinggir jalan. Itu aja juga tanda tanya besar ya, karena kita pertanyakan minyaknya udah dipakai berapa kali diulangi. Jadi yang kelihatannya makanan rumahan biasa saja di pinggir jalan, itu bisa kita pertanyakan dari syarat kesehatan dan keamanan," ujar Tan.

Ahli gizi dr Tan Shot Yen menyoroti kurang teredukasinya orang tua terkait pemilihan makanan, khususnya dari segi kebersihan, pengolahan, pengemasan, gizi, hingga keamanan makanan. Terkait fenomena keracunan ciki ngebul, Tan menilai hal ini terjadi karena banyak masyarakat yang hanya melihat segi inovasi dari produk-produk yang dianggap antimainstream. Tanpa, melihat sisi keamanan dan kesehatannya.

"Udahlah kita nggak bicara tentang literasi. Kita masih dalam level yang namanya, yang penting enak dan kenyang. Ini horor ya, yang penting enak dan kenyang. Kalau buat saya sih, udah stop sampai di sini. Kita boleh belajar, itu sebabnya kenapa saya selalu nyundul nih. Saya selalu mendorong adanya pendidikan tentang ilmu gizi. Ga usah yang aneh-aneh deh, ilmu tentang kesehatan pola makan sehari-hari, mulai dari anak SD," pungkas Tan.

Mau tau lebih lanjut soal tip memilih makanan bagi anak? Yuk dengarkan podcast What's Trending di link berikut ini:

  • ciki ngebul
  • nitrogen
  • jajanan anak
  • anak
  • pangan

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!