NASIONAL

Agar Resolusi Nggak Sekedar Lewat di Tahun Baru

Tips buat resolusi realistis demi keuangan yang lebih baik di 2023, simak dalam podcast What's Trending!

AUTHOR / Lea Citra

Podcast Whats Trending
Podcast Whats Trending

KBR, Jakarta- Tahun 2023 telah datang, saatnya kita menyongsong tahun yang baru ini. Ngomongin soal tahun baru, yang banyak dibahas tuh salah satunya soal resolusi. Bisa soal kesehatan, impian, kerjaan, social life, fashion atau bisnis baru.

Resolusi tahun baru didefinisikan sebagai janji yang dibuat pada diri sendiri untuk memulai sesuatu yang baik dan menghentikan kebiasaan buruk, mulai dari hari pertama di tahun baru. Melansir laman DJKN Kementerian Keuangan, resolusi kerap diibaratkan sebagai garam untuk membumbui sayur di daftar resep awal tahun. Namun tercapai atau tidaknya tujuan dari resolusi itu, bergantung dari setiap individu.

Berdasarkan laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kejadian dan pengaturan keuangan di tahun lalu bisa dijadikan pelajaran. Kesulitan pengelolaan keuangan bisa disebabkan Anda kurang mengenal apa yang jadi kebutuhan dan keinginan, atau bisa juga faktor-faktor lainnya.

Nah, pada awal tahun ini kita disarankan untuk mengenali mana yang jadi kebutuhan dan keinginan Anda. Lalu perhatikan kemampuan Anda, dengan begitu kalian bisa menyesuaikan pengeluaran.

Mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai berbagai produk dan layanan keuangan dan pilih yang paling tepat dengan kebutuhan, karakteristik, kondisi keuangan/ kemampuan Anda juga disarankan. Tapi nih jangan lupa ya untuk mengalokasikan uang berjaga-jaga.

Emang resolusi berpengaruh terhadap keuangan?

Financial Planner Metta Anggriani menganggap pembuatan resolusi penting bagi pengaturan keuangan. Metta mengumpamakan resolusi sebagai goals setting atau tujuan keuangan yang mau dicapai.

"Jadi dengan kita punya tujuan keuangan tuh kita jadi tau nih. Arah, arah kita mau kemana? Keuangan kita tuh mau buat apa? Kira-kira ini, saya kan tau nih, misalnya saya kerja gaji sekian. Apalagi kalau saya kerja tetap, kan artinya nilai kekayaan saya terprediksi gitu ya. Dan kira-kira, oh ya yah. Kalau saya bisa menabung sekian, maka saya bisa punya apa dong gitukan," tutur Metta kepada tim podcast What's Trending.

Baca juga:

Tips Antibokek Usai Liburan Nataru

Terlalu Lelah Tuk Ambil Keputusan

Cek Fakta: Narasi yang Mengklaim Gencarnya Kristenisasi Kampung Palalangon Cianjur?

Nah Financial Planner Metta Anggriani juga memberikan kriteria dari resolusi, yaitu:

1. Spesifik

Sebuah resolusi harus spesifik. Artinya tidak boleh general dan sulit untuk diterjemahkan. Contohnya saya mau memiliki dana darurat atau dana liburan, dikategorikan sebagai resolusi yang spesifik. Kalau resolusimu hanya menyebutkan ingin lebih bahagia, itu terlalu general dan sulit untuk ukur ya.

2. Achievable

Pada poin ini, kamu harus lebih realistis. Jadi kamu harus mengukur kemampuanmu dengan resolusi atau tujuan yang kamu tetapkan. Pastikan kamu menjawab pertanyaan, kira-kira tercapai ga ya? Realistis dan relevankah? Kalau kamu membuat resolusi yang tidak realistis, Metta menyarankan kamu menurunkan tujuanmu menjadi lebih realistis agar bisa dicapai atau diusahakan.

3. Time Down

Nah yang terakhir, resolusimu harus bisa diukur dengan berjalannya waktu, baik dalam jangka waktu panjang atau pendek.

Financial Planner Metta Anggriani menilai, seberapa bermanfaat resolusi bagi kehidupan seseorang bergantung pada mind set orang itu. Mind set inilah yang dianggap Metta bisa merubah kebiasaan kita.

"Kalau mind set keuangan kita itu sudah benar. Bahwa uang itu adalah tools buat kita. Bahwa saya ingin punya tujuan hidup yang lebih baik. Jadi uang itu akan membantu tujuan hidup yang lebih baik. Itu adalah mind set yang harus sudah kita siapkan dulu," ujar Metta.

Mau tau kiat membuat resolusi untuk keuangan yang makin oke? Yuk dengarkan podcast What's Trending bersama Financial Planner Metta Anggriani di link berikut ini:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!