NASIONAL

Ambisi Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, di Tengah Utang Meningkat

Per akhir Agustus 2024, utang pemerintah sudah menyentuh 8,4 kuadriliun...

AUTHOR / Heru Haetami

EDITOR / Sindu

Ambisi Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, di Tengah Utang Meningkat
Ilustrasi: Utang pemerintah terus meningkat di tengah ambisi pertumbuhan 8 persen. Foto: ANTARA

KBR, Jakarta- Lembaga kajian ekonomi INDEF menilai target pertumbuhan ekonomi 8 persen di era Prabowo terlalu ambisius. Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti menyebut, ada beberapa kondisi yang membuat target itu tidak bisa tercapai. Misal, ruang fiskal yang masih kecil hingga utang yang terus bertambah.

"Cenderung pesimistis, ya, dengan beberapa kondisi. Kenapa, karena pertama kita lihat dari fiskal space-nya pertumbuhan ekonomi 8 persen ini kan butuh fiskal space yang cukup lebar. Tapi, kita tahu bahwa utang makin meningkat sementara tax ratio cenderung rendah dan menurun," ujar Esther dalam diskusi publik INDEF, Senin, (18/14/2024).

Per akhir Agustus 2024, utang pemerintah sudah menyentuh 8,4 kuadriliun, dengan rasio utang sebesar 38,4 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Sementara batas aman adalah 60 persen sebagaimana diatur dalam Undang-Undang 17/2003 tentang Keuangan Negara.

Esther menambahkan, pertumbuhan ekonomi 8 persen juga mesti ditopang peningkatan investasi dan ekspor. Sementara kata dia, selama ini pertumbuhan ekonomi R-I hanya disumbang paling besar oleh belanja masyarakat.

"Kalau selama ini kita hanya dominan didorong oleh konsumsi rumah tangga. Untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen saya rasa kita harus meningkatkan investasi, meningkatkan ekspor, sehingga mesin pertumbuhan ekonomi tidak hanya konsumsi rumah tangga," katanya.

Target Pertumbuhan Ekonomi

Sebelumnya, Presiden Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tercapai hingga 8 persen selama ia menjabat.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan strategi pemerintah mencapai target tersebut. Antara lain dengan mendorong hilirisasi sumber daya alam (SDA) untuk menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi.

“Ini adalah memungkinkan, karena kita pernah mencapai itu. Oleh karena itu, apa yang harus kita dorong, yaitu sektornya tetap konsumsi harus kita jaga, investasi harus tumbuh sekitar 10 persen, dan ekspor tumbuh 9 persen, dan sektornya tetap di hilirisasi, sektor jasa, pariwisata, konstruksi dan perumahan, ekonomi digital, pengembangan ekonomi baru yaitu semikonduktor, dan transisi energi, atau green energy yang tadi disampaikan oleh Bapak Presiden, bahwa Indonesia bisa menjadi produsen green energy tertinggi,” kata Airlangga saat Rakornas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Kamis, (7/11).

Pada kuartal ketiga tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekonomi RI tumbuh 4,95 persen.

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!