NASIONAL

19 Persen Wilayah RI Sudah Kemarau, 41 Hektar Lahan Padi di Rembang Puso

BMKG juga merekomendasikan agar memastikan koneksitas jaringan irigasi dari waduk ke kawasan yang terdampak kekeringan.

AUTHOR / Musyafa

Kemarau
Tanaman padi di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah terancam gagal panen akibat kekeringan, Selasa (28/5/2024). (Foto: KBR/Musyafa)

KBR, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG memperkirakan, sebagian besar wilayah di Indonesia baru akan memasuki musim kemarau pada Juni, Juli hingga Agustus.

Tapi, menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, mulai pekan ketiga Mei ini, 19 persen wilayah Indonesia justru sudah memasuki musim kemarau. Misalnya, di sebagian Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT, dan sebagian Pulau Sulawesi.

"Bila wilayah seperti sebagian besar Jawa, Bali, NTT, NTB itu sudah kering tapi masih ada wilayah yang lebih luas lagi itu malah belum memasuki kemarau. Jadi masih ada banjir, banjir bandang itu masih ada. Jadi dalam kondisi semacam ini kita mengalami bencana hidrometeorologi baik basah dan kering dalam waktu yang bersamaan, hanya areanya yang berbeda, kurang lebih dipisahkan oleh khatulistiwa," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat jumpa pers: Waspada Kemarau, Indonesia Berpotensi Alami Kekeringan Meteorologis pada (28/5/2024).

Mengantisipasi datangnya musim kemarau, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan sejumlah rekomendasi. Antara lain, mempersiapkan penerapan teknologi modifikasi cuaca. Tujuannya untuk pengisian waduk-waduk, dan membasahi muka air tanah di daerah rawan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Dwikorita melanjutkan, BMKG juga merekomendasikan agar memastikan koneksitas jaringan irigasi dari waduk ke kawasan yang terdampak kekeringan.

Selain itu, menyesuaikan pola dan waktu tanam untuk iklim kering pada wilayah terdampak.

Kekeringan di Rembang, 41 Hektar Lahan Padi Puso


Sementara itu, kontributor KBR Media di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah melaporkan bencana kekeringan.

Sekitar 400-an hektar lahan padi di sana mengalami kekeringan karena rendahnya curah hujan pada musim tanam kedua tahun ini. Bahkan, ada 41 hektar lahan padi yang sudah puso alias gagal panen.

Kepala Dinas Pertanian Dan Pangan Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto menjelaskan, kondisi kekeringan cukup beragam.

“Dari yang tingkat rendah, sedang hingga parah. Kami mencatat sudah ada 400 an hektar sawah kita mengalami kekeringan, bahkan sudah ada yang gagal panen,” ungkapnya, Selasa (28/5/2024).

Agus juga menyebut, petani di Kabupaten Rembang baru saja menerima bantuan mesin pompa air untuk menambah area tanam padi. Diharapkan, bantuan mesin itu bisa bermanfaat membantu pengairan lahan yang kekeringan, terutama dari sumur-sumur dangkal.

“Bantuan area tanam di musim tanam kedua ini, berupa pompa air dan alat penunjang lain dari APBD Provinsi, ada traktor, kultivator dan rotary, semoga bisa membantu petani,” beber Agus.

Agus menimpali, bantuan mesin pompa air terbagi dalam Brigade Kodim, Brigade Dinas dan disalurkan langsung kepada masyarakat.

Khusus Brigade, petani sifatnya pinjam pakai. Begitu selesai penggunaan, dikembalikan lagi ke kantor Balai Penyuluh Pertanian (BPP) tingkat kecamatan maupun kantor Koramil terdekat.

“Yang Brigade ini di jajaran Dinas Pertanian ada 78 unit, kemudian di jajaran Kodim 52 unit. Pengelolaan tetap di bawah kendali BPP dan Koramil. Kalau ditotal sama yang di masyarakat, perkiraan 350 unit,” imbuhnya.

Nantinya juga ada bantuan mesin pompa sebanyak 200 unit untuk kelompok tani. Bentuknya berupa hibah, sehingga pengelolaannya menjadi tanggung jawab penuh kelompok tani.

“Khusus yang hibah, barangnya belum sampai ke Rembang,” pungkas Agus.

Baca juga:


- BMKG Prediksi Juli-Agustus Puncak Musim Kemarau

- 2024, Fenomena El Nino Masih Akan Terjadi

Editor:
Fadli


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!