NASIONAL

Mengenal dan Mengendalikan Inner Child

Sosok Kecil di Dirimu

AUTHOR / Tim Disko

Mengenal dan Mengendalikan Inner Child

KBR, Jakarta- Kekanak-kanakan, mungkin sikap yang wajar dan umum dimiliki. Namun bagaimana kalau ada bagian dirimu, yang tidak bertumbuh dewasa dan terus menjadi anak-anak?

Kepribadian yang dihasilkan dari pengalaman masa anak-anak bisa jadi inner child. Inner child digambarkan sebagai bagian dari diri seseorang, yang tidak ikut tumbuh dewasa dan tetap menjadi anak-anak. Dimana bagian ini menggenggam erat setiap ingatan dan emosi yang ada di masa kecil. Tak hanya ingatan dan emosi baik, juga buruk.

Melansir laman Hello Sehat dari Kemeterian Kesehatan, inner child bisa menyerap setiap energi negatif. Saat inner child terluka, ia akan mempengaruhi diri anda saat dewasa, khususnya saat mengambil keputusan dan menjalani hubungan dengan orang lain.

Dari Mana Asalnya Sosok Kecil di Orang Dewasa?

Psikolog selaku Dosen Prodi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya (UPJ) Runi Rulanggi, S.Psi., M.Psi., mengatakan, pengalaman-pengalaman di masa kecil dapat memicu munculnya sosok kecil di tubuh orang dewasa atau inner child.

"Kalau inner child itu, bisa juga diartikan sebagai gambaran nih, sosok anak kecil yang ada dalam diri orang dewasa. Jadi harusnyakan seorang dewasa itu tumbuh menjadi pribadi yang matang gitu ya. Mungkin di satu titik gitu, masih ada jiwa kekanak-kanakan ini. Kenapa ini bisa terjadi? Inner Child ini bisa jadi kumpulan peristiwa yang dialami di masa kecil. Baik itu peristiwa yang sifatnya menyenangkan, maupun yang kurang menyenangkan gitu ya, yang akhirnya membentuk kepribadian seseorang itu di masa dewasa gitu" tuturnya.

Baca juga:

Tak Sekadar Menghindar Interaksi Sosial

Obsesi Mengejar Kesempurnaan

Tercapit Mentalitas Kepiting

Tapi menurut Runi Rulanggi, peristiwa yang memunculkan inner child bukan hanya peristiwa-peristiwa menyenangkan, atau kenangan anak yang dimanja. Melainkan perlakuan-perlakuan buruk, seperti kekerasan juga bisa memunculkan sosok kecil ini.

"Ada yang barangkali di masa kecilnya itu pernah dapat bentakan, cacian gitu, atau sampai kekerasan fisik. Nah hal ini tuh bisa membekas. Nah bekasnya itu bisa sampai gede, sampai dewasa. Nah ini yang bisa bikin inner child nya itu muncul lagi, dan akhirnya bikin inner chilnya itu terluka," ungkap Runi.

Nah inner child ini beda ya dengan trauma masa kecil!

"Oke jadi agak beda ya! Jadi inner child ini, mungkin bisa ada di banyak orang gitu ya. Tergantung nanti orangnya ini di masa dewasa, saya bisa kontrol nggak gitu inner child-nya gitu. Karena biasanya itu ada, ada di banyak orang. Tinggal saya bisa kontrol nggak inner child saya. Nah trauma itu adalah sesuatu yang enggak semua orang mengalami ya. Misanya trauma psikis, untuk orang-orang mungkin pada saat masih kecil dulu pernah mengalami suatu guncangan gitu ya. Dan itu membekas banget. Nah itu yang namanya trauma. Jadi apakah inner child dan trauma itu berhubungan? Iya, jadi trauma itu bisa akhirnya membuat inner child-nya di masa dewasa itu muncul lagi," pungkas Runi.

Gimana cara mengenali dan mengendalikan si inner child ini? Yuk kita simak podcast Diskusi Psikologi (Disko) di link berikut ini:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!